LAPORAN
KEGAWATDARURATAN
SISTEM ENDOKRIN
”HIPOGLIKEMIA”
Oleh
:
RESKI
RIA SARI
201201027
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH SIDRAP
PROGRAM
STUDI KEPERAWATAN
2016
Kata
Pengantar
Puji syukur bagi Allah SWT yang
dengan karunia-Nya telah memungkinkan kami untuk menyusun makalah ini, sehingga
makalah ini dapat dimanfaatkan oleh para pelajar atau mahasiswa program studi
keperawatan dan lainnya. Hanya dengan kekuatan dengan kesabaran yang
dilimpahkan-Nya, makalah ini dapat dituntaskan.
Adapun tujuan dibuatnya makalah
ini adalah sebagai bahan pembelajaran dan untuk menyelesaikan tugas dari dosen
pembimbing mata kuliah kegawatdaruratan sistem II.
Dan tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
yang kami beri judul “Kegawatdaruratan Sistem Endokrin” ini.
Kami menyadari makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan keterbatasan sehingga masih belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan kemampuan dalam menyusun makalah pada masa yang akan datang.
Kami menyadari makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan keterbatasan sehingga masih belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan kemampuan dalam menyusun makalah pada masa yang akan datang.
Sekian dan terima kasih.
Pangkajene, 29 Desemberl 2015
Peneliti
Daftar
Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI
..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
............................................................................. 1
B.
Perumusan Masalah ...................................................................... 2
C.
Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
D.
Manfaat
Penelitian........................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kegawatdaruratan
Sistem Endokrin.............................................. 4
B. Hipoglikemia.................................................................................. 4
1. Konsep
Medis Hipoglikemia.................................................... 4
a. Pengertian
.......................................................................... 4
b. Klasifikasi........................................................................... 5
c.
Etiologi............................................................................... 6
d.
Faktor Predisposisi.............................................................. 6
e.
Tanda Dan Gejala............................................................... 7
f.
Pathofisiologi...................................................................... 9
g.
Penyimpangan KDM.......................................................... 9
h.
Pemeriksaan Penunjang...................................................... 10
i.
Penatalaksanaan.................................................................. 11
2. Konsep
Asuhan Keperawatan Hipoglikemia............................ 12
a. Pengkajian Kegawatdaruratan............................................ 12
b. Diagnosa keperawatan........................................................ 15
c. Intervensi
keperawatan....................................................... 15
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 31
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Sistem
endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa
pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang
selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu
tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar
ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran
gastroinstestin.
Sistem
endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi
internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan
hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ
tubuh.
Jika
kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah
bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh untuk
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam
batas-batas yang tepat.
Kelainan
metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan
hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu proses
metabolisme
Pada
keadaan tertentu bisa terjadi kondisi kelainan sistem endokrin yang membutuhkan
penanganan segera atau gawat darurat, keadaan gawat darurat endokrin terjadi
karena akibat lebih lanjut dari kelainan fungsi dari kelenjar endokrin.
Gawat
darurat adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan segera untuk
menangggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan seseorang yang timbul
secara tiba-tiba, keterlambatan penanganan dapat membahayakan klien,
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.
Gawat
darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibatkan gangguan dari
sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa seseorang yang
memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.
Keadaan
gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya produksi
horman baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh suatu kelenjar
endokrin. Kondisi gawat darurat sistem endokrin antara lain :
1.
Miksedema / koma miksedema
2.
Krisis Tirotosik (Tyroid storm)
3.
Krisis Addison
4.
Hipoglikemia.
Karena
itu diperlukan suatu pengetahuan bagi perawat untuk dapat menilai dan mengambil
suatu tindakan tertentu untuk dapat menyelamatkan jiwa.
2.
Rumusan
Masalah
Adapn
rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Kegawatdaruratan Sistem
Endokrin” ini
adalah:
1.
Bagaimana
konsep kegawatdaruratan
sistem endokrin ?
2.
Bagaimana konsep
medis hipoglikemia?
3.
Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan hipoglikemia?
3.
Tujuan
Penelitian
Makalah in dibuat dengan tujuan setelah
mempelajari dan memahami makalah ini pembaca dapat:
1.
Mengetahui konsep kegawatdaruratan sistem endokrin
2.
Menjelaskan konsep medis hipoglikemia
3.
Menjelaskan konsep asuhan keperawatan hipoglikemia
4.
Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami, menelaah
hal-hal yang berkaitan dengan trauma capitis, sehingga dapat di manfaatkan
dalam kehidupn sehari-hari, lebih-lebih dalam dunia kesehatan sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Kegawatdaruratan
Sistem Endokrin
Pertolongan
penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit
maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun
non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan
tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk
mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun
yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan
pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga
memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian
maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus
diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak
gawat tidak darurat dan meninggal.
Salah
satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada
dalam ancaman kematian karena adanya gangguan endokrin seperti ketoasidosis,
hipoglikemia, koma miksedema, thyroid strom, dan Acute Adrenal Insuffiency.
Jika hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien
bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami
penanganan kegawatdaruratan pada system endokrin secara cepat,cermat dan tepat
sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
2.
Hipoglikemia
1.
Konsep
Medis Hipoglikemia
1.
Pengertian
Hipoglikemia
secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal. Walaupaun
kadar glukosa plasma puasa pada orangnormal jarang melampaui 99 mg% (5,5
mmol/L), tetpi kadar <108 mg% (6 mmol/L) maih dianggap normal.(Soemadji,
2009:1900)
Hipoglikemia
merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari
menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia
adalah:
a. Hipoglikemia
murni : ada gejala hipoglikemi , glukosa darah < 60 mg/dl
b. Reaksi
hipoglikemia : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari
400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
c. Koma
hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
d. Hipoglikemi
reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3-5 jam sesudah makan
Hipoglikemia
adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl, yang merupakan
komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemi oral.
Hipoglikemia
adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl secara
abnormal rendah.
2. Klasifikasi
Menurut Soemadji (2009)
klasifikasi klinis hipoglikemia adlah sebagai berikut:
a.
Ringan :
simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari-hari
yang nyata.
b.
Sedang :
simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari
yang nyata.
c.
Berat :
sering tidak asimptomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak mampu
mengatasi sendiri
1. Membutuhan
pihak ketiga tapi tiak memrlukan trapi parenteral
2. Membutuhkan
terapi parenteral (glukagon intra muskular atau glukosa intravena)
3. Disertai
dengan koma atau kejang
3.
Etiologi
a. Etiologi
hipoglikemia pada diabete militus (DM) :
1. Hipoglikemia
pada DM stadium dini
2. Hipoglikemia
dalam ranka pengobatan DM
a. Pengunaan
insulin
b. Pengunaan
sulfoni lurea
c. Bayi
yang lahir dari ibu pasien DM
b. Hipoglikemia
yg tidak berkaitan dengan DM
1. Hiperinsulinisme
alimenter pascagastrektomi
2. Insulinoma
3. Penyakit
hati berat
4. Umor
ekstra pangkratik : firosarkoma, karsinoma ginjal
5. Hipopituitarisme.
(Mansjoer A, 2000: 602).
4.
Faktor Predisposisi
Faktor
predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan
insulin atau sulfonylurea:
a.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
1)
pengurangan/keterlambatan makan
2)
kesalalahan dosis obat
3)
latihan jasmani yang berlebihan
4)
penurunan kebutuhan insulin
-
penyembuhan dari penyakit
-
nefropati diabetic
-
hipotiroidisme
-
penyakit Addison
-
hipopituitarisme
5)
hari-hari pertama persalinan
6)
penyakit hati berat
7)
gastro paresis diabetic
b.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
1)
pengendalian glukosa darah yang ketat
2)
pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
3)
penggantian jenis insulin, (Mansjoer A, 2000: 602)
5.
Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala
hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :
a.
Fase I
Gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di
hipotalamus sehingga hormon epinefrin masih dilepaskan. Gejala awal ini
merupakan peringatan karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil
tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b. Fase
II
Gejala-gejala yang terjadi akibat
mulai terganggunya fungsi otak, karena itu dinamakan gejala neurologis. (Mansjoer
A, 2000: 603)
Penelitian pada orang yang bukan
diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak yang lebih awal dari fase I dan
di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di samping gejala yang tidak khas.
(Mansjoer A, 2000: 603)
Kadang-kadang gejala fase
adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada fase gangguan fungsi
otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan kronik. Yang
akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat
mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama
menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan
kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan
komplikasi DM yang serius. (Mansjoer A, 2000: 603)
Sebagai
dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan
gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan
menghilang dengan pemberian glukosa. (Mansjoer A, 2000: 604)
Factor-faktor
yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan adalah kegagalan
sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita DM) adanya
antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif),
dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer
A, 2000: 604)
Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (2002) gejala
hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: gejala adrenergik dan
gejala sistem saraf pusat.
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah
menurun, sistem saraf simpatik akan teransang. Pelimpahan adenalin kedalam
darah meyebabkan gejala seperti respirasi,, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan, dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa
darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahn bakar untuk bekerja
dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
ketidakmampan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunn daya
ingat, matirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, penglihatan ganda, dan perasaan ingin
pingsan.
Pada hipoglikmia berat, fungsi sistem saraf pusat
mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang dideritanya. Gejala dapat mencakup
perilaku yang mengalami disorientasiserangan kejang, sulit dibangunkan dari
tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Gejala hipoglikemia dapat mendadak dan tanpa terduga
sebelumnya. Kombinasi semua gejala tersebut dapat bervariasi antara pasien yang
satu dengan pasien yang lainnya.(Smeltzer dan Bare, 2002 : 1256)
6.
Pathofisiologi
Seperti
sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak
dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu
dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak,
otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke
dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam
system saraf tersebut.
Oleh
karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang
telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6
mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Terdapat sedikit perdebatan tentang manakala gula darh
turun dengan tiba-tiba, otak mengenali defisiensi energinya setelah kadar serum
turun jauh dibawah sekitar 45 mg/dl. Kadar dimana gejala-gejala timbul akan
berbeda dari satu pasien ke pasien yang lain, dan buknlah hal yang tidak lazim
pada kadar serendah 30-35 mg/dl untuk terjadi tanpa gejala-gejala. (Hudak dan
Gallo, 1997:463)
7.
Penyimpangan KDM
Puasa /
intake kurang
Glikogenolisis
Defisit glikogen pada hepar
Gula darah
menurun < 60 mg/dl
Penurunan
nutrisi jaringan otak
Respon SSP
Respon Otak
Korteks
serebri kurang suplai energi
rasa kekaburan pada kepala
respon
vegetatif
pelepasan norepinefrin dan adrenalin
takikardi, pucat, gemetar
8.
Pemeriksaan Penunjang
a. Tes
glukosa darah melalui finger – stick
b. Hemoglobin
glikosilat bisa normal atau tinggi
c. Lipid
serum bisa normal atau abnormal
d. Keton
bias negative atau positif
e. Dasar
diagnosis terbukti hipoglikemi dipakai trias whipple :
1. Hipoglikemi
dengan gejala – gejala syaraf pusat, psikiatrik, vasomotrik.
2. Penentuan
kadar glukosa darah berulang ditemukan dengan harga < 50mg %.
3. Gejala
akan hilang dengan pemberian glukosa.
9.
Penatalaksanaan
Pengobatan
harus cpat dilakukan. Bila pasienmasi sadar tindakan dapat dilakukan oleh
pasien itu sendii dengan minum larutan gula 10-30 g. pada pasien tidk sadar
diberikan bolus dekstrosa 15-25g. bila tindakan tersebut belum dapat dilakukan,
oleskan mdu atau sirup kemukosa pipi. (Mansjoer A, 2000:604)
Bila
hipoglikemia terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi insulin, maka selain
dekstrosa dapat juga digunakan suntikan glucagon 1mg im, lebih-lebih bila
suntikan dekstrosa iv sulit dilakukan. (Mansjoer A, 2000:604)
Bila
koma hipoglikmia terjadi pada pasien yang mendapat sulfomilure sebaiknya pasien
tersebut dirawat dirumah sakit, karena ada resiko jatuh koma lagi setelah
suntikan dekstrosa. Pemberian dektrosa diteruskan dengan infuse dekstrosa 10 %
selama ± 3 hari. Monitr glukoa darah setiap 3-6 jam sekali dan kadarnya diertahankan
90-180mg%. hipoglikemia karena sulfonylurea ini idak efektif dngan pemberian
glucagon. (Mansjoer A, 1994:604)
Sebagian
kecil pasien tidak berespon terhadap pengobatan diatas dan tetap tidak sadar
walaupun kadar glukosa darah sudah diatas normal. Pada pasien ini biasanya
terjadi edema serebri dan perlu pengobatan dengan manitol atau teksametasol.
Dosis manitol 1,5-2g/kg BB dibrika setiap6-8 jam. Dosis awal destrametason 10mg
bolus dilanjutkan 2mg setiap 6 jam. Pasien tetap mendapat infus dekstosa 10% dan
glukosa darah dipertahankan sekitar 180mg%, disamping dicari penyebab koma yan
lain. Hindari fruktuasi kadar glikosa yang besar karena akan memperberat edema
serebri. Bila koma berlangsung lama, perlu diberikan insulin alam dosis kecil.
(Mansjoer A, 2000:604)
Menurut
Baughman dan Hackley (2000 :230),
penatalaksanaan pada hipoglikemia berat, yaitu:
a. Glukagon
img subkutan atau intramuskular untuk pasien yang tidak mampu menelan, atau
menolak pengobatan.
b. Instruksikanpasien
untuk mengingatkan dokter setelah terjadi hipoglikemia berat.
c. Berikn
dekstrosa 50% dalam air 25-50 ml melalui intra vena untuk pasien yang tidak
sadar atau tidak mampu untuk menelan dalam limgkungan rumah sakit.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Hipoglikemia
1.
Pengkajian Kegawatdaruratan
a.
Primary Survey
1) Pemeriksaan
fisik berdasarkan prinsip ABCD
a) A
(Airway)
Kaji adanya sumbatan jalan nafas dan
tanda-tanda bila terjadi hambatan jalan nafas
b) B
(Breathing)
Kaji pernafasan klien dengan cara Look,
Listen and Feel
·
Look : lihat ada pergerakan dada atau
tidak
·
Listen : dengar jika ada suara nafas
tambahan (snoring, gargling, crowing)
·
Feel : rasakan hembusan nafas klien
c) C
(Circulation)
Pada pemeriksaan fisik circulation data
yang diperoleh adalah detak jantung meningkat serta akral dingin dan pucat
d) D
(Disability)
Kesadaran menurun sampai koma karena
otak kekurangan suplai glukosa. Untuk menilai kesadaran kita juga dapat
menggunakan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive) dengan cara :
·
A
: Korban sadar, jika tidak segera lanjutkan dengan Verbal
·
V
: Coba memanggil klien dengan keras di dekat telinga klien, jika tidak ada
respon lanjut ke Pain
·
P
: Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan
bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan
menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra
orbital).
·
U
: Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien
berada dalam keadaan unresponsive
e) E
(Exposure)
Pada exposure kita melakukan pengkajian
secara menyeluruh, hipoglikemia lebih sering terjadi pada klien dengan riwayat
diabetes mellitus kita harus mengkaji apakah ada luka/infeksi pada tubuh klien
b.
Pemeriksaan fisik Review of System (ROS)
1. Pernafasan
(B1)
2. Kardiovaskuler
(B2)
Palpitasi, Akral dingin dan pucat, berkeringat meski
suhu normal
3. Persyarafan
(B3)
Agresif, emosi labil, pusing, penglihatan
kabur/ganda, parestesia bibir dan jari, kejang, penurunan kesadaran-koma
4. Perkemihan
(B4)
Poliuria pada kasus hipoglikemi akibat diabetes
mellitus
5. Pencernaan
(B5)
Rasa lapar timbul akibat efek pelepasan epinefrin (adrenalin)
6. Muskuloskeletal
dan integument (B6)
Kelemahan dan mudah capek saat melakukan aktivitas
b.
Secondary Survey
Primary
survey dan resusitasi harus terselesaikan sebelum dilakukan secondary survey.
Jika, selesai dilakukan primary survey kondisi pasien tidak stabil maka harus
dilakukan tahap pengulangan sampai kondisi pasien stabil.
Riwayat
AMPLE membantu rencana perawatan pasien :
·
Allergies
·
Medication
·
Past illness/pregnancy
·
Late Ate or drank
·
Events/ Environment related to the injury
c. Anamnesa
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis
kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan
Utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah
dan penurunan konsentrasi.
3. Riwayat
penyakit saat ini
Berisi tentang kapan terjadinya
hipoglikemia, apa yang dirasakan klien dan apa saja yang sudah dilakukan untuk
mengatasi sakitnya.
4. Riwayat
penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit yag diderita
seperti diabetes mellitus, hepatitis, sirosis hepatis, gagal ginjal dan
penyakit lainnya yang berhubungan dengan hipoglikemia. Kaji riwayat penggunaan
obat, konsumsi alcohol, aktivitas fisik yang dilakukan dan asupan makanan.
5. Riwayat
penyakit keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa
menimbulkan hipoglikemia seperti diabetes mellitus, hepatitis
6. Pengkajian
bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi
yang di alami pasien mengenai kondisinya.
d. Pemeriksaan
Diagnostik
Pada
pemeriksaan kadar glukosa darah rendah adalah 60mg/dl atau kurang
2.
Diagnosa keperawatan
a. Resiko
aspirasi b.d penurunan kesadaran
b. Resiko
cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan
c. Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih
d. Nyeri
akut b.d vasodilatasi pembuluh darah intracranial
e. Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan
f. Hambatan
komunikasi verbal b.d efek adregenic: parestesia bibir
3. Intervensi
keperawatan
a. Resiko
aspirasi b.d penurunan kesadaran
·
Tujuan
: Tidak terjadi aspirasi
·
Kriteria Hasil
: Kesadaran meningkat, toleransi pemberian makanan per oral tanpa aspirasi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
a.
b.
c.
d.
|
Monitor tingkat kesadaran, reflek
batuk dan kemampuan menelan
Tempatkan pasien pada posisi semi
fowler atau posisi kepala lebih tinggi
Hindari pemberian cairan atau
makanan per oral jika kesadaran klien rendah
Monitor status paru
|
Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
Untuk mencegah aspirasi
Untuk mencegah aspirasi
Evaluasi ada aspirasi atau tidak
|
b. Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan
gangguan penglihatan
·
Tujuan
: Tidak terjadi cidera
·
Kriteria Hasil : Resiko
cidera berkurang/hilang
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
a.
b.
c.
d.
|
Ciptakan lingkungan yang aman bagi
klien, pidahkan perabotan yang dapat membahayakan klien
Pasang pengaman pada sisi tempat
tidur klien dan turunkan tinggi tempat tidur klien
Berikan penerangan yang adekuat
Bantu klien dalam ambulasi
|
Menguangi resiko cidera
Mengamankan klien saat berada di
tempat tidur
Mengurangi resiko cidera
Mengurangi resiko cidera
|
c. Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih
·
Tujuan
: Kebutuhan cairan seimbang
·
Kriteria Hasil :
intake-output cairan seimbang, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda
vital stabil
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
a.
b.
c.
d.
e.
|
Anjurkan pasien mengkonsumsi ciran
sedikitnya 2500ml/hari atau disesuaikan dengan kebutuhan cairan klien
Pantau masukan dan haluaran,
pantau keseimbangan cairan
Evaluasi perubahan membran mukosa
dan turgor kulit
Monitoring perubahan tanda-tanda
vital
Kolaborasi untuk pemberian cairan
tambahan melalui IV sesuai keperluan
|
Untuk pemenuhan kebutuhan dasar
cairan dan menurunkan resiko dehidrasi
Memberikan informasi keadekuatan
volume cairan dan kebutuhan cairan
Indikator langsung status cairan
Peningkatn suhu meningkatkan laju
metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi. Dehidrasi juga ditandai
dengan perubahan suhu dan tekanan darah
Intake cairan parenteral dapat
memperbaiki kekurangan cairan
|
d. Nyeri
akut b.d vasodilatasi pembuluh darah intracranial
·
Tujuan
: Nyeri berkurang/hilang
·
Kriteria Hasil : Skala
nyeri berkurang, nyeri dapat dikontrol
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
a.
b.
c.
d.
|
Istirahatkan klien di lingkungan
yang tenang
Observasi tanda-tanda nyeri
non-verbal seperti ekspresi wajah, posisi tubuh dan gelisah
Berikan kompres hangat pada kepala
Kolaborasi pemberian analgesik
|
Menurunkan stimulasi yang berlebih
dapat mengurangisakit kepala
Menilai derajat nyeri yang tidak
langsung
Meningkatkan sirkulasi dan
memberikan efek relaksasi
Analgesik mengurangi nyeri
|
e. Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan
·
Tujuan
: Toleransi aktivitas yang biasa dilakukan
·
Kriteria Hasil : Peningkatan
toleransi aktivitas
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
a.
b.
|
Identifikasi dan minimalkan
factor-faktor yang dapat menurunkan toleransi aktivitas
Ajarkan klien metode penghematan
energy untuk aktivitas
|
Membantu meningkatkan aktivitas
Memberikan bantuan sesuai
kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas
|
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Salah
satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada
dalam ancaman kematian karena adanya gangguan endokrin seperti ketoasidosis,
hipoglikemia, koma miksedema, thyroid strom, dan Acute Adrenal Insuffiency.
Jika hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien
bahkan bisa menimbulkan kematian.
Hipoglikemia
adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl secara
abnormal rendah.
Sebagai
dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan
gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang
dengan pemberian glukosa.
2.
Saran
Pada
makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan
metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan hipoglikemia serta
memberikan pendidikan kesehatan.
Daftar Pustaka
Boughman, Hackley.2000.Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth.Jakarta:EGC
Hudak, Gallo.1997.Keperawatan Kritis
Pendekatan Holistik.Jakarta:EGC
Mansjoer.2000.Kapita Selekta
Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius.
Smeltzer, Bare.2002.Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth.Jakarta:EGC
Soemadji.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Jakarta:Interna Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar