Kamis, 31 Desember 2015

Kegawatdaruratan Sistem Endokrin "HIPOGLIKEMIA"






LAPORAN

KEGAWATDARURATAN SISTEM ENDOKRIN
”HIPOGLIKEMIA”





Oleh :
RESKI RIA SARI
201201027




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH SIDRAP
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2016




Kata Pengantar

            Puji syukur bagi Allah SWT yang dengan karunia-Nya telah memungkinkan kami untuk menyusun makalah ini, sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh para pelajar atau mahasiswa program studi keperawatan dan lainnya. Hanya dengan kekuatan dengan kesabaran yang dilimpahkan-Nya, makalah ini dapat dituntaskan.
             Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai bahan pembelajaran dan untuk menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah kegawatdaruratan sistem II.
             Dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah yang kami beri judul “Kegawatdaruratan Sistem Endokrin” ini.
             Kami menyadari makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan keterbatasan sehingga masih belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan kemampuan dalam menyusun makalah pada masa yang akan datang.
               Sekian dan terima kasih.

Pangkajene, 29 Desemberl 2015


Peneliti




Daftar Isi

KATA PENGANTAR .......................................................................................       ii
DAFTAR ISI  .....................................................................................................      iv
BAB I     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  .............................................................................       1
B.     Perumusan Masalah ......................................................................       2
C.     Tujuan Penelitian ..........................................................................       2
D.    Manfaat  Penelitian........................................................................       3
BAB II    PEMBAHASAN
A.    Kegawatdaruratan Sistem Endokrin..............................................       4
B.     Hipoglikemia..................................................................................       4
1.      Konsep Medis Hipoglikemia....................................................       4
a.       Pengertian ..........................................................................       4
b.      Klasifikasi...........................................................................       5
c.       Etiologi...............................................................................       6
d.      Faktor Predisposisi..............................................................       6
e.       Tanda Dan Gejala...............................................................       7
f.       Pathofisiologi......................................................................       9
g.      Penyimpangan KDM..........................................................       9
h.      Pemeriksaan Penunjang......................................................     10
i.        Penatalaksanaan..................................................................     11
2.      Konsep Asuhan Keperawatan Hipoglikemia............................     12
a.       Pengkajian Kegawatdaruratan............................................     12
b.      Diagnosa keperawatan........................................................     15
c.       Intervensi keperawatan.......................................................     15
BAB III   PENUTUP
A.    Kesimpulan..............................................................................................        
B.     Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................     31

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu proses metabolisme
Pada keadaan tertentu bisa terjadi kondisi kelainan sistem endokrin yang membutuhkan penanganan segera atau gawat darurat, keadaan gawat darurat endokrin terjadi karena akibat lebih lanjut dari kelainan fungsi dari kelenjar endokrin.
Gawat darurat adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan segera untuk menangggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan seseorang yang timbul secara tiba-tiba, keterlambatan penanganan dapat membahayakan klien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.
Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibatkan gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa seseorang yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.
Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya produksi horman baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh suatu kelenjar endokrin. Kondisi gawat darurat sistem endokrin antara lain :
1. Miksedema / koma miksedema
2. Krisis Tirotosik (Tyroid storm)
3. Krisis Addison
4. Hipoglikemia.
Karena itu diperlukan suatu pengetahuan bagi perawat untuk dapat menilai dan mengambil suatu tindakan tertentu untuk dapat menyelamatkan jiwa.

2.      Rumusan Masalah
Adapn rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Kegawatdaruratan Sistem Endokrin” ini adalah:
1.      Bagaimana konsep kegawatdaruratan sistem endokrin ?
2.      Bagaimana konsep medis hipoglikemia?
3.      Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan hipoglikemia?

3.      Tujuan Penelitian
  Makalah in dibuat dengan tujuan setelah mempelajari dan memahami makalah ini pembaca dapat:
1.      Mengetahui konsep kegawatdaruratan sistem endokrin
2.      Menjelaskan konsep medis  hipoglikemia
3.      Menjelaskan konsep asuhan keperawatan hipoglikemia

4.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami, menelaah hal-hal yang berkaitan dengan trauma capitis, sehingga dapat di manfaatkan dalam kehidupn sehari-hari, lebih-lebih dalam dunia kesehatan sendiri.

























BAB II
PEMBAHASAN

1.      Kegawatdaruratan Sistem Endokrin
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan endokrin seperti ketoasidosis, hipoglikemia, koma miksedema, thyroid strom, dan Acute Adrenal Insuffiency. Jika hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system endokrin secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
2.      Hipoglikemia
1.      Konsep Medis Hipoglikemia
1.      Pengertian
Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal. Walaupaun kadar glukosa plasma puasa pada orangnormal jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetpi kadar <108 mg% (6 mmol/L) maih dianggap normal.(Soemadji, 2009:1900)
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
a.       Hipoglikemia murni : ada gejala hipoglikemi , glukosa darah < 60 mg/dl
b.      Reaksi hipoglikemia : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
c.       Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
d.      Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3-5 jam sesudah makan
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemi oral.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl secara abnormal rendah.
2.      Klasifikasi
Menurut Soemadji (2009) klasifikasi klinis hipoglikemia adlah sebagai berikut:
a.               Ringan   : simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.
b.              Sedang : simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.
c.               Berat                  : sering tidak asimptomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak mampu mengatasi sendiri
1.      Membutuhan pihak ketiga tapi tiak memrlukan trapi parenteral
2.      Membutuhkan terapi parenteral (glukagon intra muskular atau glukosa intravena)
3.      Disertai dengan koma atau kejang

3.      Etiologi
a.       Etiologi hipoglikemia pada diabete militus (DM) :
1.      Hipoglikemia pada DM stadium dini
2.      Hipoglikemia dalam ranka pengobatan DM
a.       Pengunaan insulin
b.      Pengunaan sulfoni lurea
c.       Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
b.      Hipoglikemia yg tidak berkaitan dengan DM
1.      Hiperinsulinisme alimenter pascagastrektomi
2.      Insulinoma
3.      Penyakit hati berat
4.      Umor ekstra pangkratik : firosarkoma, karsinoma ginjal
5.      Hipopituitarisme. (Mansjoer A, 2000: 602).

4.      Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonylurea:
a.       Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
1)      pengurangan/keterlambatan makan
2)      kesalalahan dosis obat
3)      latihan jasmani yang berlebihan
4)      penurunan kebutuhan insulin
-          penyembuhan dari penyakit
-          nefropati diabetic
-          hipotiroidisme
-          penyakit Addison
-          hipopituitarisme
5)      hari-hari pertama persalinan
6)      penyakit hati berat
7)      gastro paresis diabetic
b.      Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
1)      pengendalian glukosa darah yang ketat
2)      pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
3)      penggantian jenis insulin, (Mansjoer A, 2000: 602)

5.      Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :
a.          Fase I 
Gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin masih dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b.      Fase II
Gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak, karena itu dinamakan gejala neurologis. (Mansjoer A, 2000: 603)
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di samping gejala yang tidak khas. (Mansjoer A, 2000: 603)
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan kronik. Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius. (Mansjoer A, 2000: 603)

Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa. (Mansjoer A, 2000: 604)
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A, 2000: 604)
Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (2002) gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: gejala adrenergik dan gejala sistem saraf pusat.
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan teransang. Pelimpahan adenalin kedalam darah meyebabkan gejala seperti respirasi,, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan, dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahn bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunn daya ingat, matirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, penglihatan ganda, dan perasaan ingin pingsan.
Pada hipoglikmia berat, fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang dideritanya. Gejala dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasiserangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Gejala hipoglikemia dapat mendadak dan tanpa terduga sebelumnya. Kombinasi semua gejala tersebut dapat bervariasi antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya.(Smeltzer dan Bare, 2002 : 1256)

6.      Pathofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Terdapat sedikit perdebatan tentang manakala gula darh turun dengan tiba-tiba, otak mengenali defisiensi energinya setelah kadar serum turun jauh dibawah sekitar 45 mg/dl. Kadar dimana gejala-gejala timbul akan berbeda dari satu pasien ke pasien yang lain, dan buknlah hal yang tidak lazim pada kadar serendah 30-35 mg/dl untuk terjadi tanpa gejala-gejala. (Hudak dan Gallo, 1997:463)

7.      Penyimpangan KDM
Puasa / intake kurang

Glikogenolisis
Defisit glikogen pada hepar
 

Gula darah menurun < 60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon SSP
 



Respon Otak

Korteks serebri kurang suplai energi

rasa kekaburan pada kepala
respon vegetatif

pelepasan           norepinefrin dan adrenalin

takikardi, pucat, gemetar


8.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Tes glukosa darah melalui finger – stick
b.      Hemoglobin glikosilat bisa normal atau tinggi
c.       Lipid serum bisa normal atau abnormal
d.      Keton  bias negative atau positif
e.       Dasar  diagnosis terbukti hipoglikemi dipakai trias whipple :
1.      Hipoglikemi dengan gejala – gejala syaraf pusat, psikiatrik,  vasomotrik.
2.      Penentuan kadar glukosa darah berulang ditemukan dengan harga < 50mg %.
3.      Gejala akan hilang dengan pemberian glukosa.



9.      Penatalaksanaan
Pengobatan harus cpat dilakukan. Bila pasienmasi sadar tindakan dapat dilakukan oleh pasien itu sendii dengan minum larutan gula 10-30 g. pada pasien tidk sadar diberikan bolus dekstrosa 15-25g. bila tindakan tersebut belum dapat dilakukan, oleskan mdu atau sirup kemukosa pipi. (Mansjoer A, 2000:604)
Bila hipoglikemia terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi insulin, maka selain dekstrosa dapat juga digunakan suntikan glucagon 1mg im, lebih-lebih bila suntikan dekstrosa iv sulit dilakukan. (Mansjoer A, 2000:604)
Bila koma hipoglikmia terjadi pada pasien yang mendapat sulfomilure sebaiknya pasien tersebut dirawat dirumah sakit, karena ada resiko jatuh koma lagi setelah suntikan dekstrosa. Pemberian dektrosa diteruskan dengan infuse dekstrosa 10 % selama ± 3 hari. Monitr glukoa darah setiap 3-6 jam sekali dan kadarnya diertahankan 90-180mg%. hipoglikemia karena sulfonylurea ini idak efektif dngan pemberian glucagon. (Mansjoer A, 1994:604)
Sebagian kecil pasien tidak berespon terhadap pengobatan diatas dan tetap tidak sadar walaupun kadar glukosa darah sudah diatas normal. Pada pasien ini biasanya terjadi edema serebri dan perlu pengobatan dengan manitol atau teksametasol. Dosis manitol 1,5-2g/kg BB dibrika setiap6-8 jam. Dosis awal destrametason 10mg bolus dilanjutkan 2mg setiap 6 jam. Pasien tetap mendapat infus dekstosa 10% dan glukosa darah dipertahankan sekitar 180mg%, disamping dicari penyebab koma yan lain. Hindari fruktuasi kadar glikosa yang besar karena akan memperberat edema serebri. Bila koma berlangsung lama, perlu diberikan insulin alam dosis kecil. (Mansjoer A, 2000:604)
Menurut Baughman dan Hackley (2000 :230),  penatalaksanaan pada hipoglikemia berat, yaitu:
a.       Glukagon img subkutan atau intramuskular untuk pasien yang tidak mampu menelan, atau menolak pengobatan.
b.      Instruksikanpasien untuk mengingatkan dokter setelah terjadi hipoglikemia berat.
c.       Berikn dekstrosa 50% dalam air 25-50 ml melalui intra vena untuk pasien yang tidak sadar atau tidak mampu untuk menelan dalam limgkungan rumah sakit.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hipoglikemia
1.      Pengkajian Kegawatdaruratan
a.       Primary Survey
1)      Pemeriksaan fisik berdasarkan prinsip ABCD
a)      A (Airway)
Kaji adanya sumbatan jalan nafas dan tanda-tanda bila terjadi hambatan jalan nafas
b)      B (Breathing)
Kaji pernafasan klien dengan cara Look, Listen and Feel
·               Look : lihat ada pergerakan dada atau tidak
·               Listen : dengar jika ada suara nafas tambahan (snoring, gargling, crowing)
·               Feel : rasakan hembusan nafas klien
c)      C (Circulation)
Pada pemeriksaan fisik circulation data yang diperoleh adalah detak jantung meningkat serta akral dingin dan pucat
d)     D (Disability)
Kesadaran menurun sampai koma karena otak kekurangan suplai glukosa. Untuk menilai kesadaran kita juga dapat menggunakan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive) dengan cara :
·         A         : Korban sadar, jika tidak segera lanjutkan dengan Verbal
·          V         : Coba memanggil klien dengan keras di dekat telinga klien, jika tidak ada respon lanjut ke Pain
·         P          : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital).
·         U         : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
e)      E (Exposure)
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh, hipoglikemia lebih sering terjadi pada klien dengan riwayat diabetes mellitus kita harus mengkaji apakah ada luka/infeksi pada tubuh klien
b.      Pemeriksaan fisik Review of System (ROS)
1.      Pernafasan (B1)
2.      Kardiovaskuler (B2)
Palpitasi, Akral dingin dan pucat, berkeringat meski suhu normal
3.      Persyarafan (B3)
Agresif, emosi labil, pusing, penglihatan kabur/ganda, parestesia bibir dan jari, kejang, penurunan kesadaran-koma
4.      Perkemihan (B4)
Poliuria pada kasus hipoglikemi akibat diabetes mellitus

5.      Pencernaan (B5)
Rasa lapar timbul akibat efek pelepasan epinefrin (adrenalin)
6.      Muskuloskeletal dan integument (B6)
Kelemahan dan mudah capek saat melakukan aktivitas
b.      Secondary Survey
Primary survey dan resusitasi harus terselesaikan sebelum dilakukan secondary survey. Jika, selesai dilakukan primary survey kondisi pasien tidak stabil maka harus dilakukan tahap pengulangan sampai kondisi pasien stabil.
Riwayat AMPLE membantu rencana perawatan pasien :
·         Allergies
·         Medication
·         Past illness/pregnancy
·         Late Ate or drank
·         Events/ Environment related to the injury
c.       Anamnesa
1.      Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.      Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan penurunan konsentrasi.
3.      Riwayat penyakit saat ini
Berisi tentang kapan terjadinya hipoglikemia, apa yang dirasakan klien dan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya.


4.      Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit yag diderita seperti diabetes mellitus, hepatitis, sirosis hepatis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan hipoglikemia. Kaji riwayat penggunaan obat, konsumsi alcohol, aktivitas fisik yang dilakukan dan asupan makanan.
5.      Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan hipoglikemia seperti diabetes mellitus, hepatitis
6.      Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang di alami pasien mengenai kondisinya.
d.      Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan kadar glukosa darah rendah adalah 60mg/dl atau kurang

2.      Diagnosa keperawatan
a.       Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
b.      Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan
c.       Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih
d.      Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah intracranial
e.       Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
f.       Hambatan komunikasi verbal b.d efek adregenic: parestesia bibir

3.      Intervensi keperawatan
a.       Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
·         Tujuan                         : Tidak terjadi aspirasi
·         Kriteria Hasil               : Kesadaran meningkat, toleransi pemberian makanan per oral tanpa aspirasi

No
Intervensi
Rasional
a.        


b.       


c.        


d.       
Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan
Tempatkan pasien pada posisi semi fowler atau posisi kepala lebih tinggi
Hindari pemberian cairan atau makanan per oral jika kesadaran klien rendah
Monitor status paru

Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
Untuk mencegah aspirasi

Untuk mencegah aspirasi

Evaluasi ada aspirasi atau tidak

b.       Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan
·         Tujuan             : Tidak terjadi cidera
·         Kriteria Hasil   : Resiko cidera berkurang/hilang
No
Intervensi
Rasional
a.        


b.       


c.        

d.       
Ciptakan lingkungan yang aman bagi klien, pidahkan perabotan yang dapat membahayakan klien
Pasang pengaman pada sisi tempat tidur klien dan turunkan tinggi tempat tidur klien
Berikan penerangan yang adekuat

Bantu klien dalam ambulasi
Menguangi resiko cidera

Mengamankan klien saat berada di tempat tidur
Mengurangi resiko cidera
Mengurangi resiko cidera

c.       Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih
·         Tujuan             : Kebutuhan cairan seimbang
·         Kriteria Hasil   : intake-output cairan seimbang, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil
No
Intervensi
Rasional
a.        



b.       



c.        

d.       







e.        
Anjurkan pasien mengkonsumsi ciran sedikitnya 2500ml/hari atau disesuaikan dengan kebutuhan cairan klien
Pantau masukan dan haluaran, pantau keseimbangan cairan


Evaluasi perubahan membran mukosa dan turgor kulit
Monitoring perubahan tanda-tanda vital






Kolaborasi untuk pemberian cairan tambahan melalui IV sesuai keperluan
Untuk pemenuhan kebutuhan dasar cairan dan menurunkan resiko dehidrasi
Memberikan informasi keadekuatan volume cairan dan kebutuhan cairan
Indikator langsung status cairan
Peningkatn suhu meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi. Dehidrasi juga ditandai dengan perubahan suhu dan tekanan darah
Intake cairan parenteral dapat memperbaiki kekurangan cairan



d.      Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah intracranial
·         Tujuan             :  Nyeri berkurang/hilang
·         Kriteria Hasil   :  Skala nyeri berkurang, nyeri dapat dikontrol
No
Intervensi
Rasional
a.        


b.       



c.        


d.       

Istirahatkan klien di lingkungan yang tenang

Observasi tanda-tanda nyeri non-verbal seperti ekspresi wajah, posisi tubuh dan gelisah
Berikan kompres hangat pada kepala

Kolaborasi pemberian analgesik
Menurunkan stimulasi yang berlebih dapat mengurangisakit kepala
Menilai derajat nyeri yang tidak langsung


Meningkatkan sirkulasi dan memberikan efek relaksasi
Analgesik mengurangi nyeri

e.       Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
·         Tujuan             : Toleransi aktivitas yang biasa dilakukan
·         Kriteria Hasil   : Peningkatan toleransi aktivitas
No
Intervensi
Rasional
a.        


b.       




Identifikasi dan minimalkan factor-faktor yang dapat menurunkan toleransi aktivitas
Ajarkan klien metode penghematan energy untuk aktivitas


Membantu meningkatkan aktivitas

Memberikan bantuan sesuai kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas
BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan endokrin seperti ketoasidosis, hipoglikemia, koma miksedema, thyroid strom, dan Acute Adrenal Insuffiency. Jika hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl secara abnormal rendah.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.

2.    Saran
     Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan hipoglikemia  serta  memberikan pendidikan kesehatan.









Daftar Pustaka


Boughman, Hackley.2000.Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.Jakarta:EGC
Hudak, Gallo.1997.Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik.Jakarta:EGC
Mansjoer.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius.
Smeltzer, Bare.2002.Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.Jakarta:EGC
Soemadji.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Interna Publishing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar