
“Avian Influenza”
Di
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok VI
1.
Muliyana
2.
Mutmainnah
3.
Musdalifah
4.
Ramadani
5.
Reski Ria Sari
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
KATA PENGANTAR
Puji
syukur bagi Allah SWT yang dengan karunia-Nya telah memungkinkan kami untuk
menyusun makalah ini, sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh para pelajar
atau mahasiswa program studi keperawatan dan lainnya. Hanya dengan kekuatan
dengan kesabaran yang dilimpahkan-Nya, makalah ini dapat dituntaskan.
Adapun
tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai bahan pembelajaran dan untuk
menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah sistem imun dan
hematologi.
Dan tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah yang kami beri judul “Avian Influenza” ini.
Kami menyadari makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan keterbatasan sehingga masih belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan kemampuan dalam menyusun makalah pada masa yang akan datang.
Sekian dan terima kasih.
Penyusun
Daftar Isi
hal
Kata Pengantar............................................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................................ iii
Bab 1
1. Latar Belakang................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
3. Tujuan................................................................................................................ 3 .......................................................................................................................
4. Manfaat.............................................................................................................. 3
Bab
2
1. Definisi Avian Influenza................................................................................. 4
2. Klasifikasi Avian Influenza............................................................................ 4
3. Tanda dan Gejala Avian Influenza............................................................... 5
4. Etiologi Avian Influenza................................................................................. 5
5. Patofisiologi Avian Influenza........................................................................ 5
6. Manifestasi Klinis Avian Influenza............................................................... 8
7. Pemeriksaan Penunjang Avian Influenza.................................................. 8
8. Komplikasi
Avian Influenza ......................................................................... 9
9. Pencegahan Avian Influenza..................................................................... 12
10. Penatalaksanaan Avian Influenza............................................................ 11
Bab
3
1. Kesimpulan.................................................................................................... 15
2. Saran............................................................................................................... 15
Daftar Pustaka........................................................................................................... 16
Bab 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit flu burung atau flu unggas
(Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang
disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan
telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan,
Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi
burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari
2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur,
Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian
ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena
virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang
mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar
yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah
propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Kehebohan
itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga
meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima
warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah
enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun
dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah
tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski,
mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat
kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10
orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10
orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi
dalam kondisi kritis.
Bila kita
bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung
ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal
mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang
meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).
Berdasarkan
hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah
wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten
Tabanan & Karang Asem Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada
manusia.
Melihat
kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu
burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang
beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah
menginfeksi manusia.
2. Rumusan Masalah
Adapn rumusan masalah dari makalah yang berjuduk
“Avian Influenza” ini adalah:
1. Apa definisi
avian influenza?
2. Bagaimana
pengklasifikasian avian influenza ?
3. Apa saja
etiologi avian influenza ?
4. Bagaimana
tanda dan gejala avian influenza ?
5. Bagaimana
patofisiologi avian influenza ?
6. Apa saja
manifestasi klinis avian influenza ?
7. Apa saja
pemeriksaan penunjang avian influenza ?
8. Apa saja
komplikasi avian influenza?
9. Bagaimana
penatalaksanaan avian influenza?
10. Apa upaya
pencegahan avian influenza ?
11. Bagaimana
asuhan keperawatan avian influenza?
3. Tujuan
Makalah in dibuat dengan tujuan setelah mempelajari dan memahami makalah
ini pembaca dapat:
1) Mengetahui
pengertian avian influenza
2) Mengetahui
tanda dan gejala avian
influenza
3) Memahami
tentang patofisiologi avian influenza
4) Mampu
menyebutkan etiologi avian influenza
5) Mengetahui
manifestasi klinis avian influenza
6) Mengetahui
pelaksanaan dan komplikasi avian influenza
7) Mampu
menerapkan askep pada avian influenza
8) Dll.
4. Manfaat
Adapun manfaat dibuatnya makalah ini
adalah untuk mengetahui, memahami, menelaah hal-hal yang berkaitan dengan avian
influenza, sehingga dapat di manfaatkan dalam kehidupn sehari-hari, lebih-lebih
dalam dunia kesehatan sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Penyakit flu burung atau flu unggas
(Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu Burung adalah penyakit
influenza pada unggas, baik burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang yang
lain seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat burung
puyuh dan burung onta.Penyakit ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat
juga menular ke manusia. Penyakit ini dapat menular lewat udara yang tercemar
virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung atau unggas yang
menderita influenza. Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan dari
manusia ke manusia. Penyakit ini terutama menyerang peternak unggas (wikipedia.org/wiki/Flu_burung,
2007).
Flu burung (bahasa Inggris: avian
influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya
menjangkiti burung dan mamalia (Rahmat Ilham, 2010).
2. Klasifikasi Flu Burung
Penderita Konfirm
H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH Thailand,
2005)
Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)
Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala
A. Gejala pada unggas.
- Jengger berwarna biru
- Borok dikaki
- Kematian mendadak
B. Gejala pada manusia.
- Demam (suhu badan diatas 38o C)
- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang saluran pernapasan atas
- Pneumonia
- Infeksi mata
- Nyeri otot
Tanda dan gejala
A. Gejala pada unggas.
- Jengger berwarna biru
- Borok dikaki
- Kematian mendadak
B. Gejala pada manusia.
- Demam (suhu badan diatas 38o C)
- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang saluran pernapasan atas
- Pneumonia
- Infeksi mata
- Nyeri otot
4. Etiologi
•
Virus influenza tipe A
•
Termasuk famili orthomyxoviridae
•
Dapat berubah ubah bentuk
•
Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase
(N). Kedua huruf digunakan sbg identifikasi kodesubtipe flu burung yang banyak
jenisnya
•
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3,
H5N1, H9N2, H7N7,sedangkan pada binatang H1H5 dan N1N9
•
Strain
yg sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dr sub tipe A H5N
•
Virus
tsb dpt bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pd
0°C
•
Virus akan mati pd pemanasan 60°C selama 30
menit atau 56°C selama 3 jam dan dgn ditergent,desinfektan misal formalin
cairan yang mengandung iodine
5. Pathofisiologi
Flu burung
bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau
unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan
unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja,
yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang
dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah
menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada
bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan
pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung
dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung
tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan
melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung,
misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui
kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan
( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui
pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas
yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme
lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke
manusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa
penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular.
Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung
ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C
selama 1 menit.
Kemampuan
virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri"
dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin
banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan
respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri
aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh
(efek bunuh diri). Flu Burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12
tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena
sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.
Masa
Inkubasi
- Pada
Unggas : 1 minggu
- Pada
Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul
gejala. Pada anak sampai 21 hari .
Penularan
Flu burung
menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur,
lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang
tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang
menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika
bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya:
pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
Penyebaran
Mekanisme
penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia hampir sama. Virus
memiliki inti virus yang didalamnya mengandung asam inti yang dapat memproduksi
protein. Dalam istilah ilmu penyakit, asam inti yang dimiliki oleh virus
mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak ptotein yang dihasilkan berarti
semakin banyak pula variasi jenis virusnya. Virus pertama kali akan menyerang
selaput lendir dengan menempel menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat
pada dinding luar (envelope). Pada saat menempel, virus merusak dinding
pelindung selaput lendir dan memasukkan asam inti virus. Asam inti virus yang
dimasukkan ini akan merubah susunan protein yang dibentuk selaput lendir
sehingga terjadi perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang telah
terkontaminasi inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ
melalui darah. Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh
maka saat itu pulalah virus mulai menyebar.
Penyebaran
flu burung di berbagai belahan dunia antara lain:
Ayam dan
manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian
Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18
orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk
mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat
memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.
Pada tahun
1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada
2 orang anak tanpa menimbulkan kematian.
Pada tahun
2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A (H5N1) dan
satu orang meninggal.
Pada
tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu
diantaranya meninggal.
Pada tahun
2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan
Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di
Thailand, 14 di Vietnam)
6. Manifestasi
Klinis
Mengacu pada tanda dan gejala
7.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap
pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk
sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah
rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum,
aspirasi nasofaringeal.
Diagnosis
flu burung dibuktikan dengan :
• Uji RT-PCR
(Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
• Biakan dan
identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
• Uji
Serologi :
1.
Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah
awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula
>1/80.
2. Titer
antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada
hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji
serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western
blot spesifik H5 positif.
3. Uji
penapisan
• Rapid test
untuk mendeteksi Influensa A.
• ELISA
untuk mendeteksi H5N1.
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin,
leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan
leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin,
Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah.
Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan
ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat
normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit
dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan
foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung.
Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan
gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah
diagnostik dini.
8. Komplikasi
1.
Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
Meningitis
adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam
darah dan berpindah ke dalam cairan otak.
2.
Encephalitis ( bulbar )
Encephalitis
adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis,
kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering
infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga
disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
3.
Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
Myocarditis
adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada umumnya disebabkan
oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Patofisiologi
:
Kerusakan
miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar, yaitu:
1) Invasi
langsung ke miokard.
2) Proses
immunologis terhadap miokard.
3)
Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
4. Paralisis
akut flaksid
5. Pneumonia
( peradangan paru )
Sebuah
penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung
jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang
paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh
bakteria, virus, jamur, ataupasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga
disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau
sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan
minum alkohol
6. Kematian
Terjadi jika
mengalami gagal nafas akut
9. Pencegahan
Pencegahan
Penyakit Flu Burung
Pada Unggas:
a.
Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
b.
Vaksinasi pada unggas yang sehat
Pada Manusia
:
a.
Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
b.
Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
c.
Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
d.
Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
e.
Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
f.
Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
g.
Orang yang kontak dengan unggas (misalnya peternak ayam) harus menggunakan
masker, baju khusus,
kaca mata renang.
h.
Membatasi lalu lintas orang yang masuk ke peternakan.
i.
Mendisinfeksi orang dan kendaraan yang masuk ke peternakan.
j.
Mendisinfeksi peralatan peternakan.
k.
Mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi peternakan.
Masyarakat
umum :
a.
Memilih daging yang baik dan segar.
b. Memasak daging ayam minimal 80 ̊C
selama 1 menit dan telur minimal 64 ̊ C selama 5 menit
(atau sampai air atau kuahnya mendidih cukup lama).
c. Menjaga kesehatan dan ketahanan
umum tubuh dengan makan, olahraga, dan istirahat yang
cukup.
d. Segera ke dokter/puskesmas/rumah sakit
bagi masyarakat yang mengalami gejala-gejala di atas.
e. Menjaga daya tahan tubuh dengan
memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
f. Mengolah unggas dengan cara yang
benar, yaitu :
g. Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat
gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
h. Memasak daging ayam sampai dengan suhu
± 80 ̊ C selama 1 menit dan pada telur
sampai dengan suhu ±64 ̊ C selama 4,5 menit.
10. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah
istirahat, peningkataan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan
antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :
• Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.
• Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006
Skor
Gejala 1 2
Demam < 380C > 380C
RR N > N
Ronki Tidak ada Ada
Leukopenia Tidak ada Ada
Kontak Tidak ada Ada
Jumlah
Skor :
6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir
> 7 = diberi oseltamivir.
Batasan Frekuensi Napas :
< 2bl = > 60x/menit
2bl - <12 bl = > 50x/menit
>1 th - <5 th = > 40x/menit
5 th - 12 th = > 30x/menit
>13 = > 20x/menit
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
• Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
• Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan kewaspadaan standar.
• Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
• Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.
• Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
• Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
• Penatalaksanaan di ruang rawat inap
Klinis
1. Perhatikan :
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
- Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
1. Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
2. Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut :
• Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi.
• Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotic spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai indikasi.
Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :
• Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.
• Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006
Skor
Gejala 1 2
Demam < 380C > 380C
RR N > N
Ronki Tidak ada Ada
Leukopenia Tidak ada Ada
Kontak Tidak ada Ada
Jumlah
Skor :
6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir
> 7 = diberi oseltamivir.
Batasan Frekuensi Napas :
< 2bl = > 60x/menit
2bl - <12 bl = > 50x/menit
>1 th - <5 th = > 40x/menit
5 th - 12 th = > 30x/menit
>13 = > 20x/menit
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
• Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
• Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan kewaspadaan standar.
• Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
• Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.
• Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
• Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
• Penatalaksanaan di ruang rawat inap
Klinis
1. Perhatikan :
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
- Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
1. Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
2. Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut :
• Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi.
• Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotic spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai indikasi.
Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).
Bab 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit
flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
Flu Burung adalah penyakit influenza pada unggas, baik burung, bebek, ayam,
serta beberapa binatang yang lain seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit
ini bisa terdapat burung puyuh dan burung onta.Penyakit ini menular dari burung
ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia. Penyakit ini dapat menular
lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret
burung atau unggas yang menderita influenza. Sampai saat ini belum terbukti
adanya penularan dari manusia ke manusia.
Penyakit ini terutama menyerang peternak unggas.
Flu burung menular dari unggas ke
unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan
feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang
berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan
dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan
unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam ,
pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
2. Saran
Pada
makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan
metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan Avian Influenza serta
memberikan pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://bintangdilaut-siputih.blogspot.com/2013/03/askep-flu-burung.html
http://duniakesehatan-abunur.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatan-flu-
burung.html
http://nelamentari.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-flu-burung.html
http://nursechandrakicot.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-pada-pasien-flu.html
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/06/askep-flu-burung.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar