Sistem Neurobehaviour
“Peningkatan Tekanan Intrakranial”
Di
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok V
1. Reski Ria Sari
2. Mutmainnah
3. Dewi Indra Sari
4. Hasnawiyah
5. Sudarmanto
6. Yusril
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
KATA PENGANTAR
Puji
syukur bagi Allah SWT yang dengan karunia-Nya telah memungkinkan kami untuk
menyusun makalah ini, sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh para pelajar
atau mahasiswa program studi keperawatan dan lainnya. Hanya dengan kekuatan
dengan kesabaran yang dilimpahkan-Nya, makalah ini dapat dituntaskan.
Adapun
tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai bahan pembelajaran dan untuk
menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah sistem neurobehaviour.
Dan tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah yang kami beri judul “Peningkatan Tekanan Intrakranial”
ini.
Kami menyadari makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan keterbatasan sehingga masih belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan kemampuan dalam menyusun makalah pada masa yang akan datang.
Sekian dan terima kasih.
Penyusun
Daftar Isi
hal
Kata Pengantar............................................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................................ iii
Bab 1
1. Latar Belakang................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
3. Tujuan................................................................................................................ 2 .......................................................................................................................
4. Manfaat.............................................................................................................. 2
Bab
2
1. Definisi PTIK..................................................................................................... 3
2. Tanda dan Gejala PTIK................................................................................... 3
3. Etiologi PTIK .................................................................................................... 4
4. Patofisiologi PTIK........................................................................................... 5
5. Manifestasi Klinis PTIK................................................................................... 6
6. Pemeriksaan Penunjang PTIK ..................................................................... 9
7. Komplikasi PTIK............................................................................................ 10
8. Penatalaksanaan PTIK................................................................................ 10
9. Asuhan Keperawatan PTIK......................................................................... 11
Bab
3
1. Kesimpulan.................................................................................................... 17
2. Saran............................................................................................................... 17
Daftar Pustaka........................................................................................................... 18
Bab 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Lebih dari separuh kematian karena
trauma kepala disebabkan oleh hipertensi intrakranial. Kenaikan tekanan
intrakranial (TIK) dihubungkan dengan penurunan tekanan perfusi dan aliran
darah serebral (CBF) dibawah tingkat kritis (60 mmHg) à berakibat
kerusakan otak iskemik. Pengendalian TIK yang berhasil
mampu meningkatkan outcome yang signifikan.
Telah dikembangkan pemantauan TIK
tapi belum ditemukan metode yang lebih akurat dan non invasive. Semoga dengan
adanya makalah ini, dapat membantu perawat dalam melakukan pengamatan penting
karena otak letaknya terkurung dalam kerangka yang kaku, penekanan tekanan
dalam rongga tengkorak dapat menghambat aliran darah otak yang bisa berakibat
gangguan fungsi otak yang permanen. Tengkorak bayi, yang belum kaku, merupakan
kekecualian dan penekanan tekanan intrakranial dapat diamati sebagai penonjolan
fontanel. Pemantauan TIK yang berkesinambungan bisa menunjukkan indikasi yang
tepat untuk mulai terapi dan mengefektifkan terapi, serta menentukan prognosis.
2.
Rumusan Masalah
Adapn rumusan masalah dari makalah yang berjuduk
“Epilepsi” ini adalah:
1. Apa definisi
ptik?
2. Bagaimana
pengklasifikasian ptik?
3. Apa saja
etiologi ptik?
4. Bagaimana
patofisiologi ptik?
5. Apa saja
manifestasi klinis ptik?
6. Apa saja
pemeriksaan penunjang ptik?
7. Apa saja
komplikasi ptik ?
8. Bagaimana
penatalaksanaan ptik?
9. Apa upaya
pencegahan ptik ?
10. Bagaimana
asuhan keperawatan ptik?
3. Tujuan
Makalah in dibuat dengan tujuan setelah mempelajari dan memahami makalah
ini pembaca dapat:
1) Mengetahui
pengertian PTIK
2) Mengetahui
tanda dan gejala PTIK
3) Memahami
tentang patofisiologi PTIK
4) Mampu
menyebutkan etiologi PTIK
5) Mengetahui
manifestasi klinis PTIK
6) Mengetahui
dan komplikasi PTIK
7) Mampu
menerapkan askep pada PTIK
8) Dll.
4. Manfaat
Adapun manfaat dibuatnya makalah ini
adalah untuk mengetahui, memahami, menelaah hal-hal yang berkaitan dengan PTIK,
sehingga dapat di manfaatkan dalam kehidupn sehari-hari, lebih-lebih dalam
dunia kesehatan sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Peningkatan tekanan intracranial
atau hipertensi intracranial adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan
tekanan intracranial sebesar > 15 mmHg atau > 250 mmH2O. Peningkatan
tekanan intracranial merupakan komplikasi yang serius yang biasanya terjadi
pada trauma kepala, perdarahan subarahnoid, hidrosefalue, SOL, infeksi
intracranial, hipoksia dan iskemi pada otak yang dapat menyebabkan herniasi
sehingga bisa terjadi henti nafas dan jantung ( Hudak & Gallo, 1998 ).
Tekanan
intrakranial adalah tekanan yang diakibatkan cairan cerebrospinal dalam
ventrikel otak. Secara umum istilah (PTIK) adalah fenomena dinamik yang
berfluktuasi sebagai respon dari berbagai faktor penyebab. Dalam keadaan normal
PTIK harus kurang dari 10 mmHg, bila diukur dengan alat pengukur yang dipasang
setinggi foramen Monro dalam posisi bwebaring. Beberapa pakar menganggap nilai
normal antara0 – 10 mmHg. Meninggikan letak kepala atau berdiri akan menurunkan
PTIK, sedangkan batuk, bersin, atau mengeden (manuver Vaisava) akan
meningkatkan PTIK.
Istilah Ptik jangan dianggap sebagai peninggian menyeluruh di dalam kranial. Karena tekanan sebenarnya berbeda-beda didalam otak. Sebagai contoh, tekanan pada jaringan otak yang berdekatan dengan suatu tumor mungkin dapat meningkat, tetapi tekanan di dalam ventrikel beluym tentu.
PTIK juga tidak selalu dapat disamakan dengan adanya meninggian tekanan dispinal saat melakukan punksi lumbal. Berarti dikenal adanya istilah PTIK Regional (PTIK pada suatu daerah tertentu diotak).
Istilah Ptik jangan dianggap sebagai peninggian menyeluruh di dalam kranial. Karena tekanan sebenarnya berbeda-beda didalam otak. Sebagai contoh, tekanan pada jaringan otak yang berdekatan dengan suatu tumor mungkin dapat meningkat, tetapi tekanan di dalam ventrikel beluym tentu.
PTIK juga tidak selalu dapat disamakan dengan adanya meninggian tekanan dispinal saat melakukan punksi lumbal. Berarti dikenal adanya istilah PTIK Regional (PTIK pada suatu daerah tertentu diotak).
2.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala spesifik Ptik adalah sebagai berikut :
Tanda dan gejala spesifik Ptik adalah sebagai berikut :
1. Awal
1. Penurunan
derajat kesadaran (mis : delirium, gelisah, letargi)
2. Disfungsi
pupil
3. Kelemahan
motorik (mono atau hemiparesis)
4. Defisit
sensorik
5. Paresis
nervus kranial
6. Kadang-kadang
disertai nyeri kepala
7. Kadang-kadang
disertai bangkitan / kejang
2. Lanjut
· Lebih
memburuknya derajat kesadaran (mis : stupor, soporokomatus, koma)
· Mungkin
disertai muntah
· Nyeri kepala
· Hemiplegia,
dekortiasi, atau deserebasi
· Pemburukan
tanda vital
· Pola
pernafasan ireguler
· Gangguanreflek
batang otak (mis : gangguan reflrks kornea, refleks muntah)
· Perwujudan
klinis gejala dan tanda klinik Ptik tergantung dari :
1. Lokasi
kompartemen mana terdapatnya kelainan
2. Lokasi
spesifik dari massa ( hemisfer cerebral, batang otak atau cerebelum0
3. Derajat kemampuan
kompensasi bagian otak tersebut.
3. Etiologi
Penyebab
peningkatan tekanan intrakranial:
a.
Space occupying yang meningkatkan volume jaringan
1.
Kontusio
serebri
2.
Hematoma
3.
Infark
4.
Abses
5.
Tumor
intrakranial
b.
Masalah serebral
1.
Peningkatan
produksi cairan serebrospinal
2.
Bendungan
sistem ventrikular.
3.
Menurun
absorbsi cairan serebrospinal.
c.
Edema
serebral
1.
Penggunaan
zat kontras yang merubah homestatis otak.
2.
Hidrasi yang
berlebihan dengan menggunakan larutan hipertonik.
3.
Pengaruh
trauma kepala.
Sedangkan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial adalah:
1. Hiperkapnia
dan hipoksemia.
2. Obat-obatan
vasodilasi yang meningkatkan aliran darah ke otak (misalnya nicotinic acid, histamina
dan nydrochloride).
3. Valsava
manuver (mengedan pada saat buang air besar dan turun dari tempat tidur)
4. Posisi tubuh
seperti kepala lebih rendah, tengkurap, fleksi, ekstrim
panggul dan fleksi leher.
5. Kontraksi
otot isometrik, gerakan kaki
mendorong papan kaki atau mendorong tempat tidur dengan satu tanggan.
6. Rapid eye
movement (REM) sleep yang terjadi dengan mimpi.
7. Keadaan yang
merangsang emosional klien (merasa sedih dengan penyakitnya ketidak berdayaan).
8. Rangsangan
berbahaya, misalnya tertekuknya selang kateter, nyeri saat
tindakan medis).
4. Pathofisiologi
Peningkatan tekanan interakranial
adalah suatu mekanisme yang di akibatkan oleh beberapa kondisi neurologi. Ini sering
terjadi secara tiba-tiba dan memerlukan intervensi pembedahaan .
Isi dari tengkorak kepala, atau isi
kranial adalah jaringan otak, pembuluh
darah dan cairan serebrospinal. Bila terjadi
peningkatan satu dari isi kranial mengakibatkan peningkatan tekanan
intrakranial, sebab ruangan kranial keras, tertutup, tidak bisa
berkembang.
Peningkatan satu dari beberapa isi kranial biasanya disertai dengan pertukaran
timbal balik dalam satu volume yang satu dengan yang lain. Jaringan otak
tidak bisa berkembang ,tanpa berpengaruh serius pada aliran dan jumlah
cairan serebrospinal dan sirkulasi serebral.space accupying lesions (SOL) mengantikan
dan merubah jaringan otak sebagai suatu peningkatan tekanan. Peningkatan
tekanan dapat secara lambat (sehari/seminggu) atau secara
cepat, hal ini
tergantung pada penyebabnya.pada pertama kali satu hemisfere dari otak akan
dipengaruhi, tetapi pada akhirnya kedua hemisfere akan dipengaruhi.
Peningkatan tekanan intrakranial dalam ruangan kranial pada pertama kali dapat
dikompensasi dengan menekan vena dan pemindahan cairan serebrospinal. Bila tekanan
makin lama makin meningkat, aliran darah
keserebral akan menurun dan perfusi menjadi tidak adekuat, maka akan
meningkatkan PCO2 dan menurunkan PO 2 dan PH. Hal ini akan
menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri. Edema lebih
lanjut akan meningkatkan tekanan intrakranial yang berat dan akan menyebabkan
kompresi jaringan saraf.
Pada saat tekanan melampaui kemampuan otak untuk berkompensasi, maka untuk
meringankan tekanan, otak
memindahkan ke bagian kaudal atau herniasi kebawah. Sebagai
akibat dari herniasi, batang otak
akan terkena pada berbagai tingkat, yang mana
penekanannya bisa mengenai pusat vasomotor, arteri
serebral posterior, sarafokulomotorik, traktus
kortikospinal dan serabut-serabut saraf ascending reticular activating system. Akibatnya
akan menggangu mekanisme kesadaran, peraturan
tekanan darah, denyut nadi, pernapasan
dan temperatur tubuh.
5. Manifestasi Klinis
a. Penurunan
tingkat kesadaran.
Penurunan
derajat kesadaran dikarenakan :
i. Sebagian
besar otak terbenrtuk dari sel-sel tubuh yang sangat khusus, tetapi sensitif
terhadap perubahan kadar oksigen. Respon otak terhadap tidak mencukupinya kebutuhan
oksigen terlihat sebagai somnolen dan gangguan daya nalar (kognisi).
ii. Fluktuasi
TIK akibat perubahan fisik pembuluh darah terminal. Oleh karena itu gejala awal
dari penurunan derajad kesadaran adalah somnolen, delirium dan letargi.
b. Perubahan
pupil (pada awalnya akan konstriksi kemudian secara frogresif akan mengalami
dilatasi dan tidak bereaksi terhadap cahaya.
c. Perubahan
tanda-tanda vital.pada awalnya tekanan darah akan meningkat sebagai respon
terhadap iskhemik dari pusat motor di otak, kemudian akan
menurun.denyut nadi akan cepat dan irregular, temperatur
biasanya normal, kecuali
infeksi.
d. Disfungsi
motorik dan sensorik.
Pada tahap awal, monoparesis atau hemiparesis terjadi
akibat penekanan traktus piramidalis kontra lateral pada massa. Pada tahap selanjutnya hemiplegia, dekortikasi
dan deserebrasi dapat terjadi unilateral atau bilateral. Pada tahap akhir
(terminal menjelang mati) penderita menjadi flasid bilateral. Secara klinis
sering terjadi keracunan dengan respon primitif perkembangan manusia, yaitu
reflek fleksi yang disebut trifleksi (triple fleksion). Triflekls terjadi
akibat aktivasimotoneuron difus dengan hasil berupa aktivasi otot-otot fleksosr
menjauhi rangsang nyeri (otot-otot fleksor dipergelangan lutut, kaki, dan
panggul mengkontraksikankeempatanggota badan kearah badan). Trirefleks ini
merupakan bentuk primitif refleks spinal.
Tanda fokal motor neuron dan sensoris hemipareses dan hemiplegi. Tanda Babinski,
Hiperefleksia, rigiditas tanda
penurunan fungsi motor. Kejang dapat
terjadi. Herniasi di atas batang otak deserebrasi dan dekortikasi.
e. Kelainan
pengelihatan,berupa menurunya ketajaman pengelihatan,pengelihatan
kabur,dan diplopia.
f. Sakit
kepala.
Nyeri kepala terjadi akibat pereganggan struktur
intrakranial yang peka nyeri (duramater, pembuluh darah besar basis kranji,
sinus nervus dan bridging veins). Nyeri
terjadi akibat penekanan langsung akibat pelebaran pembuluh darah saat
kompensasi. Nyeri kepala I pada kelainan ini sering dilaporkan
sebagi nyeri yang bertambah hebat saat bangkit dari tidur di pagi hari. Hal ini
dikarenakan secara normal terjadi peningkatan aktivitas metabolisme yang paling
tinggi saat pagi hari, dimana pada saat tidur menjelang bangun pagi fase REM
mengaktifkan metabolisme dan produksi CO2. Dengan peningkatan kadar
CO2 terjadilah vasodilatasi.
g. Muntah tanpa
nausea dan proyektil.
Muntah Projectile vomiting akibat peningkatan ICP.Muntah akibat PTIK tidak selalu
sering dijumpai pada orang dewasa. Muntahdisebabkan adanya kelainan di
infratentorial atau akibat penekanan langsung pada pusat muntah.Kita belum
mengerti secara lengkap bagaimana mekanisme refleks muntah terjadi. Muntah
dapat didahului oleh mual / dispepsia atau tidak.Seandainya didahului oleh
perasaan mual / dispepesia, berarti terjadi aktivasi saraf-saraf ke otot. Bantu
pernafasan akibat kontraksi mendadak otot-otot abdomen dan thoraks.
h. Perubahan tekanan darah dan denyut nadi
Karena penekanan ke batang otak terjadi perubahan tekanan darah. Penekananke batang otak menyebabkan
susasana iskemik di pusat vasomotorik di batang otak. Seiring dengan meningkatnya TIK, refleks
rtespon Chusing teraktivasi agar tetap menjaga tekanan didalam pembuluh darah
serebral tetap lebih tinggi daripada TIK.
Dengan meningginya tekanan darah, curah jantungpun
bertambah dengan meningkatnyakegiatan pompa jantung yang tercermin dengan
semakin memburuknya kondisipenderitaakan terjadi penurunan tekanan darah.Pada
tahap awal denyut nadi masih relatif stabil dengan semakin meningkatnya TIK, denyut nadi akan semakin menurun
kearah 60 kali permenit sebagai usahakompensasi. Menurunnya denyut nadi dan
“isi“ denyut terjadi sebagai upaya jatung untuk memompa akan ireguler, cepat, “
halus“ dan akhirnya menghilang.
i.
Perubahan pola
pernafasan
Respirasi karena herniasi otak sering menyebabkan
disrithmia pada respirasi.Cheyne - Stokes, Hiperventilasi, Apneustic, Cluster
breathing, ataxic breathing, Gasping Breathing, Depressed breathing.
j.
Perubahn suhu
badan
Peningkatan suhu badan biasanya berhubungan dengan disfungsi hipothalamus. Pada fase
kompensasi, suhu badan mungkin masih dalam batas normal. Padafase dekompensasi
akan terjadi peningkatan suhu badan sangat cepat dan sangattinggi. Melonjaknya
suhu badan dapat juga terjadi akibat infeksi sekunder, tetapi jarang
yang mencapai sangat tinggi sebagaimana halnya akibat gangguan fungsi hipothalamus.
Hipertermia akibat gagal pusat termoregulasi.
k. Hilangnya
refleks – refleks batang otak
Pada tahap lanjut PTIK terjadi penekanan ke batang otak yang berakibat hilangnya atau disfungsi refleks-refleks
batang otak. Refleks-refleks ini diantaranya Refleks kornea, Oukosefalik, dan
Aukulovestibuler. Prognosis penderita akan menjadi buruk bila terjadi
refleks-refleks tersebut.
Hiccuping (cegukan) kompresi nerves vagus kontraksi spasmodik diafragma akibat kompresi batang otak karena herniasi segera laporkan dokter.
l.
Papiledema
Tergantung keadaan yang ada, pail oedema dapat terjadi
akibat PTIK, atau memang sudah ada sejak awal. Papiloedema akibat PTIK tak akan terjadi
seandainya belum menjadi tingkat yang sangat tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa
tak adanya papiloedema tak beraarti tak ada PTIK. Pada beberapa orang dapat ada jika PTIK terjadi secara bertahap. Papiledema perbesaran blindspot ketajaman penglihatan turun.
6.
Pemeriksaan Penunjang
a. Scan
otak. Meningkatt isotop pada tumor.
b.
Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
c. X-ray
tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
d. X-ray
dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
e. CT scan
atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel serebral.
f.
Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline.
7. Komplikasi
Berdasarkan
data pengkajian, komplikasi potensial meliputi:
a. Herniasi
batang otak diakibatkan dari peningkatan tekanan intracranial yang berlebihan,
bila tekanan bertambah di dalam ruang cranial dan penekanan jaringan otak
kearah batang otak. Tingginya tekanan pada batang otak menyebabkan penghentian
aliran darah ke otak dan menyebabkan anoksia otak yang tidak dapat pulih dan
mati otak.
b. Diabetes
insipidus merupakan hasil dari penurunan sekresi hormone antidiuretik. Urine
pasien berlebihan. Terapi yang diberikan terdiri dari volume cairan, elektrolit
pengganti dan terapi vasopressin.
c. Sindrom
ketidaktepatan hormone antidiuretik (SIADH), adalah akibat dari peningkatan
sekresi hormone antidiuretik. Pasien mengalami volume berlebihan dan menurunnya
jumlah urin yang keluar. Pengobatan SIADH berupa pembatasan cairan dan
pemberian feniotoin untuk menurunkan pengeluaran ADH atau dengan litium untuk
meningkatkan pengeluaran air.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pembedahaan
Dilakukan
pada kline dengan tumor otak ,abses,pendarahan subdura atau epidura hematom.
b. Terapi obat
: diuresis osmotik (manitol, gliserol, glumosa dan
urea, furosemide/lasix), kortikosteroid, antikonvulsi
dan antihipertensi.
b. Pembatasan
cairan.pemasukan cairan biasanya diberikan antara 900 ml/24jam sampai dengan
2500 ml/24 jam.
c. Hiperventilasi
untuk mempertahankan PO2 dan PCO2 dalam batas normal.
d. Pengontrolan
temperatur tubuh.
e. Pengaliran
cairan serebrospinal dengan kateter drainage yang merupakan tindakan sementara.
f. Terapi koma
barbiturat bila pengobatan untuk mengatasi hipertensi intrakranial tidak ada
perubahan.
9. Asuhan
Keperawatan
Asuhan Keperawatan yang diberikan
kepada klien dengan epilepsy adalah berdasarkan pada tahapan-tahapan dalam
proses keperawatan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi pengkajian, penentuan
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evalusi.
a) Pengkajian
1.
Riwayat
terkait dengan penyebab peningkatan tekanan intrakranial,seperti trauma
kepala,tumor otak,abses,hipoksia,peradangan selaput/otak,mendapat terapi cairan
hipertonik,dan kelebihan cairan serebrospinal.
2.
Pengkajian
fisik yang meliputi : tingkat kesadaran,pupil,perubahan motorik dan
sensorik,tanda-tanda vital,keluhan sakit kepala,mual dan muntah.
3.
Psikososial
yang meliputi: usia,jenis kelamin,strategi kopingdan penerimaan terhadap
kondisi.
4.
Pengkajian
pengetahuan:etiologi,pengobatan,tanda dan gejala peningkatan tekanan
intrakranial,tingkat pengetahuan dan kemampuan membaca.
b)
Perumusan Diagnosa/masalah
klien
a. Perubahan
perfusi jaringan: serebral berhubungan dengan peningkatan jaringan otak,volume
darah intrakranial,volume cairan serebrospinal.
b. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan
dengan disfungsi neurologis (kompresi batang otak, perpindahan struktural)
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan hilangnya refleks pelindung (batuk, muntah)
d. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakratial.
e. kurang
volume cairan berhungan terapi diuretik,pembatasan cairan diabetes insipidus.
c) Intervensi
a) Perubahan perfusi jaringan : serebral berhubungan dengan peningkatan
jaringan otak, volume darah
intrakranial, volume
cairan serebrospinal.
1.
Tujuan : Klien akan
memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat.
2.
Intervensi
1. Observasi
tingkat klien, tingkah laku, fungsi
motorik/sensorik, pupil setiap
1-2 jam sekali dan sebagaimana kebutuhan.
2. Monitor
tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai dengan 1 jam dan sebagaimana
kebutuhan: perubahan pernafasan merupakan tanda awal dari peningkatan tekana n
intakranial dan hipoksia/hiperkapnia.
3. Monitor
nilai analisa gas darah arteri untuk ketidaknormalan asam basa dan
penurunan saturasi oksigen.
4. Hiperventilasi
sebelum penghisapan sekret; batasi penghisapan sekret 10-15 detik untuk
mengurangi kadar CO2, untuk
meningkatkan kadra oksigenasi dan mencegas hipoksia.
5. Monitor
peningkatan takanan intrakranial setiap 15 menit sampai dengan 1 jam dan
sebagaimana kebutuhan.
6. Pertahankan
aliran vena yang keluar dari otak dengan meninggikan bagian kepala tempat
tidur.
7. Monitor
pemasukan dan pengeluaran, elektrolit
dan berat jenis untuk menetapkan kemungkinan ketidakseimbangan cairan yang
mendukung terjadinya edema serebral.
8. Berikan
cairan dengan jumlah terbatas (1400cc/24jam) untuk
mencegah edema serebral.
9. Intruksi
untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat meningkatan intratoraks dan intra
abdomen (misalnya mengedan, latihan
isometric, fleksi panggul, batuk).
10. Observasi
tingkat kenyamanan klien (sakit kepala, mual, muntah) dimana
merupakan indikasi adanya peningkatan tekanan intrakranial.
11. Berikan
obat-obatan sesuai dengan intruksi (misalnya pelunak feses, antiemetik, analgesik)
evaluasi efektifitasnya.
12. Berikan
steroid untuk mencegah edema serebri sebagaimana intruksi.
13. Kelola
asuahan keperawatan yang diberikan untuk memberikan waktu istirahat yang
optimal bagi klien.
14. Gunakan
teknik aseptik dan antiseptik secara optimal pada setiap memgganti selang atau
balutan.
15. Laporkan
segera pada dokter bila ada perubahan neorologi (misalnya tanda-tanda vital).
16. Lakukan
tindakan sesuai kebijakan institusi untuk mengatasi peningkatan tekanan
intrakranial sebagaimana intruksi : pemberian
diuretik, mengatasi keadaan hiportemia, mempersiapkan
klien untuk pembedahan.
3.
Kriteria
evaluasi klien :
1. Memiliki
tekanan intrakranial 0-15 mmHg
2. Memperlihatkan
perbaikan status neurologi
b). Pola
pernafasan tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neurologis (kompresi
batang otak, perpindahan struktural)
4.
Tujuan : Mencapai pola nafas adekuat
5.
Intervensi :
a) Monitor
irama napas Cheyene-Stokes (tekanan pada struktur nidline), Hyperventilasi (tekanan
pada otak tengah), ireguler / henti (tekanan batang otak)
b) Monitor PaCO2 pertahankan level 35-45 mmHg
c). Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hilangnya refleks pelindung
(batuk, muntah)
1.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas yang paten
2.
Intervensi :
a)
Suctioning sekret hati-hati meningkatkan ICP
b)
Hiperoksigenasi sebelum suctioning
c)
Kurangi batuk
d)
Kaji suara paru tiap 8 jam kongesti
e)
Elevasi tempat tidur bagian kepala
d). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
1.
Tujuan : Klien akan
memperlihatkan pertukaran gas yang efektif.
2.
Intervensi
1. Kaji tingkat
kesadaran klien,kemampuan membuka jalan nafas.
2. Pertahankan
patensi jalan nafas dengan posisi yang benar dan lakukan penghisapan sekresi.
3. Monitor
kecepatan nafas, irama dan
kedalaman setiap 15 menit sampai dengan 1 jam.
4. Auskulatasi
suara nafas
setiap 2-4 jam.
5. Kaji status
sirkulasi (denyut nadi, tekanan
darah, warna kulit)
setiap jam untuk mendeteksi hipoksia.
6. Monitor
nilai analisa gas darah untuk ketidaknormalan asam basa dan menurun saturasi
oksigen.
7. Berikan
oksigen sebagaimana intruksi.
8. Anjurkan
nafas dalam dan batasi batuk setiap 1-2 jam.
9. Kaji warna
jumlah,konsisiten sekresi paru.sebagaimana kebutuhan untuk menetapkan
kebutuhan untuk kultur sputum dan pengobatan.
6.
Kriteria evaluasi
7.
Kilen :
1. Memiliki
nilai analisis gas darah dalam batas normal.
2. Mnempertahankan
kecepatan napas 12-24 kali/menit.
3. Memiliki
pengembangan bilateral paru secara adekuat.
e). Kurang volume
cairan berhungan terapi diuretik, pembatasan
cairan diabetes insipidus.
i. Tujuan : Klien akan
memperlihatkan keseimbangan cairan yang adekuat.
ii. Intervensi
1. Monitor
pemasukan dan pengeluaran : laporkan kedokter bila pengeluaran urin kurang dari
30cc/jam.
2. Monitor
hasil laboratorium (misalnya ,elekrolit,osmolaritas,BUN,kreatinin).
3. Periksa BJ
urin setiap 1-4 jam untuk SIADH dan diabetes insifidus.
4. Timbang
berat badan klien setiap hari untuk kemungkinan adanya kenaikan akibat retensi
cairan.
5. Monitor
tanda-tanda vital setiap 1-2 jam untuk adanya respon hemodinamik terhadap
hipo/hipervolemia.
6. Kaji tugor
kulit klien dan adanya edema setiap 4 jam.
7. Berikan
cairan dan obat-obatan sebagaimana instruksi.
8. Eveluasi
efektifitas intervensi (cairan meningkat atau menurun,penggantian elektrolit).
iii. Kriteria
evaluasi
iv. Klien
1. Mengeluarkan
urin sekitar 30cc/jam.
2. Mempertahankan
elektrolit,osmolaritas ,BJ urin dalam batas normal.
3. Bebas dari
kelebihan /kekurangan cairan.
e) Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal-hal yang telah dilakukan,
berdasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan. Apabila masih terdapat
masalah-masalah klien yang belum teratasi, perawat hendaknya mengkaji kembali
hal-hal yang berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali melakukan intervensi
keperawatan. Sebaliknya bila masalah klien telah teratasi maka perlu dilakukan
pengawasan dan pengontrolan yang teratur untuk mencegah timbulnya serangan atau
gejala-gejala yang memicu terjadinya serangan.
Bab 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tekanan intrakranial adalah tekanan
yang diakibatkan cairan cerebrospinal dalam ventrikel otak. Secara umum istilah
(PTIK) adalah fenomena dinamik yang berfluktuasi sebagai respon dari berbagai
faktor penyebab. Dalam keadaan normal PTIK harus kurang dari 10 mmHg, bila
diukur dengan alat pengukur yang dipasang setinggi foramen Monro dalam posisi
bwebaring. Beberapa pakar menganggap nilai normal antara0 – 10 mmHg.
Meninggikan letak kepala atau berdiri akan menurunkan PTIK, sedangkan batuk,
bersin, atau mengeden (manuver Vaisava) akan meningkatkan PTIK.
Gejala awalnya yaitu penurunan derajat kesadaran (mis : delirium, gelisah, letargi), disfungsi pupil, kelemahan motorik (mono atau hemiparesis), defisit sensorik, paresis nervus kranial, kadang-kadang disertai nyeri kepala, kadang-kadang disertai bangkitan / kejang, sedangkan gejalanya yang lebih lanjut yaitu, lebih memburuknya derajat kesadaran (mis : stupor, soporokomatus, koma), mungkin disertai muntah, nyeri kepala, hemiplegia, dekortiasi, atau deserebasi, pemburukan tanda vital, pola pernafasan ireguler, gangguanreflek batang otak (mis : gangguan reflrks kornea, refleks muntah)
Gejala awalnya yaitu penurunan derajat kesadaran (mis : delirium, gelisah, letargi), disfungsi pupil, kelemahan motorik (mono atau hemiparesis), defisit sensorik, paresis nervus kranial, kadang-kadang disertai nyeri kepala, kadang-kadang disertai bangkitan / kejang, sedangkan gejalanya yang lebih lanjut yaitu, lebih memburuknya derajat kesadaran (mis : stupor, soporokomatus, koma), mungkin disertai muntah, nyeri kepala, hemiplegia, dekortiasi, atau deserebasi, pemburukan tanda vital, pola pernafasan ireguler, gangguanreflek batang otak (mis : gangguan reflrks kornea, refleks muntah)
2. Saran
Pada
makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan
metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan PTIK serta memberikan pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://titikhansyah.blogspot.com/2013/03/askep-peningkatan-tekanan-intra-kranial.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar