Jumat, 01 Januari 2016

Askep Sistem Imun dan Hematologi "Multiple Sclerosis"



Sistem Imun dan Hematologi
“Sclerosis Multiple”

Di
S
U
S
U
N

Oleh:
Kelompok I
1. Reski Ria Sari
2.  Dewi Indra Sari
3. Anadiyah Maria Ulfa
4. Karmila
5. Citra Sari Dewi
6. Darmawansyah
7. Abd. Wasman


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP


KATA PENGANTAR



            Puji syukur bagi Allah SWT yang dengan karunia-Nya telah memungkinkan kami untuk menyusun makalah ini, sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh para pelajar atau mahasiswa program studi keperawatan dan lainnya. Hanya dengan kekuatan dengan kesabaran yang dilimpahkan-Nya, makalah ini dapat dituntaskan.



             Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai bahan pembelajaran dan untuk menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah sistem imun dan hematologi.



             Dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah yang kami beri judul “Sclerosis Multiple” ini.


           Kami menyadari makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan keterbatasan sehingga masih belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan kemampuan dalam menyusun makalah pada masa yang akan datang.

             Sekian dan terima kasih.

                                                                                       

                                                                                            

                                                                                            Penyusun











Daftar Isi



                                                                                                                                        hal 

Kata Pengantar............................................................................................................. i

Daftar Isi......................................................................................................................... ii

Bab 1

1.    Latar Belakang................................................................................................. 1    

2.    Rumusan Masalah.......................................................................................... 1

3.    Tujuan................................................................................................................ 2                                           .......................................................................................................................

4.    Manfaat.............................................................................................................. 2

Bab 2

1.    Definisi Multiple Sclerosis.............................................................................. 3

2.    Klasifikasi Multiple Sclerosis......................................................................... 3

3.    Etiologi Multipe Sclerosis .............................................................................. 4

4.    Tanda dan Gejala Multiple Sclerosis............................................................ 5

5.    Patofiologi Multiple Sclerosis........................................................................ 6

6.    Manifestasi Klinis Multiple Sclerosisi........................................................... 7

7.    Pemeriksaan Penunjang Multiple Sclerosis............................................... 8

8.    Komplikasi Multiple Sclerosis................................................................... .... 8

9.    Penatalaksanaan Multiple Sclerosis............................................................ 8

10. Asuhan Keperawatan Multiple Sclerosisi................................................... 8

Bab 3

1.    Kesimpulan.................................................................................................... 15

2.    Saran............................................................................................................... 15

Daftar Pustaka........................................................................................................... 16




Bab 1

PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

         Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP) kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple sclerosis secara umum dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu lapisan pelindung syaraf yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk melancarkan pengiriman pesan dari otak ke seluruh bagian tubuh. Ditandai dengan remisi dan ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis menghaisilkan berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut sebagai plaque.

           Mutiple sklerosis merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Multiple sclerosis memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri.

          Dengan alasan  itulah kami berinisiatif untuk membuat makalah  ini, untuk dapat digunakan bukan hanya dari kalangan medis namun juga masyarakat luas. Guna menambah sedikit banyak pengetahuan tentang multiple sclerosis.



2.  Rumusan Masalah

         Adapn rumusan masalah dari makalah yang berjuduk “Epilepsi” ini adalah:

1.    Apakah Sklerosis Multipel itu ?

2.    Bagaimanakah klasifikasi Sklerosis Multipel ?

3.    Bagaimanakah etiologi Sklerosis Multipel ?

4.    Bagaimanakah tanda dan gejala Sklerosis Multipel ?

5.    Bagaimanakah Patofisiologi Sklerosis Multipel ?

6.    Bagaimanakah Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel ?

7.    Bagaimanakah Komplikasi Sklerosis Multipel ?

8.    Bagaimanakah Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel ?

9.    Bagaimanakah Penatalaksanaan  Sklerosis Multipel ?

10. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis Multipel ?



3.  Tujuan

        Makalah in dibuat dengan tujuan setelah mempelajari dan memahami makalah ini pembaca dapat:

1.      Menjelaskan Pengertian Sklerosis Multipel

2.      Menjelaskan Etiologi Sklerosis Multipel

3.      Menjelaskan Klasifikasi Sklerosis Multipel

4.      Menjelaskan tanda dan gejala Sklerosis Multipel

5.      Menjelaskan Patofisiologi Sklerosis Multipel

6.      Menjelaskan Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel

7.      Menjelaskan Komplikasi Sklerosis Multipel

8.      Menjelaskan Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel

9.      Menjelaskan Penatalaksanaan  Sklerosis Multipel

10.  Menjelaskan Asuhan Keperawatan  pada klien dengan Sklerosis Multipel



4.  Manfaat

     Adapun manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami, menelaah hal-hal yang berkaitan dengan multiple sclerosis, sehingga dapat di manfaatkan dalam kehidupn sehari-hari, lebih-lebih dalam dunia kesehatan sendiri.





BAB II

PEMBAHASAN





1.   Pengertian

·         Multipel Sklerosis (MS) adalah penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputi kerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput saraf)

·         MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang jaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin.

·         Ms merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunan saraf pusat / perier yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif.

·         MS merupakan penyakit kronis dari sistem saraf pusat degeratif dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis.

·         Multiple skleriosis adalah penyakit kronis pada system saraf pusat (SSP) yang dikateristikan oleh sedikit lapisan dari batas substansia alba pada saraf optic, otak, dan medulla spinalis.



2.    Klasifikasi Kejang
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori multiple sclerosis berdasarkan progresivitasnya adalah :

1.    Relapsing Remitting Multiple Sclerosis

Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan semu. Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat pulih. Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik dan sensorik 100%, maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja. Serangan berikut akan terus menurukan kemampuan penderita sampai ke 0%. Setiap serangan tersebut berakibat semakin memburuknya kondisi penderita. Interval waktu antara serangan satu dengan serangan yang selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga, bila dalam hitungan hari, minggu bulan atau tahun. Hampir 70% penderita MS pada awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis MS ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv MS.

2.    Primary Progresssiv Multiple Sclerosis

Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat – saat penderita tidak mengalami penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa berakhir dengan kematian.

3.     Secondary Progressiv Multiple Sclerosis

Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv MS.

4.    Benign Multiple Sclerosis

Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan – serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya menderita MS.



3.  Etiologi

      Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan factor genetic.

Ada beberapa factor pencetus, antara lain :

a.     Kehamilan

b.     Infeksi yang disertai demam

c.     Stress emosional

d.     Cedera



4.  Tanda dan gejala

        Sebenarnya setiap penderita Multiple Sclerosis dapat mengalami gejala yang berbeda dengan penderita Multiple Sclerosis lainnya. Tetapi secara umum gejala-gejala
Multiple Sclerosis adalah:
1. Perasaan sakit seperti ditusuk-tusuk pisau di beberapa bagian tubuh.
2. Kebas (kesumutan/ mati rasa) di beberapa bagian tubuh
3. Kehilangan fungsi penglihatan (bersifat sementara/menetap)
4. Pandangan kabur (blurred) atau pengkihatan membayang (seeing double)
5. Kehilangan fungsi pendengaran.
6. Melemahnya kemampuan motorik dan sensorik di seluruh atau sebagian    tubuh, biasanya terutama tangan dan kaki.
7. Kelumpuhan tiba-tiba.
8. Kehilangan kesimbangan tubuh, timbul perasaan seperti melayang (vertigo).
9. Migraine yang parah.
10. Kepala bagian belakan terasa berat.
11. Sakit kepala dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim (tingkat sakitnya mungkin sama dengan 50X sakit kepala karena FLU)
12. Fatigue, perasaan lelah berlebihan.
13. Sensitive terhadap udara/air panas.
14. Kesulitan berbicara.
15. Sesak nafas.
16. Kesulitan menelan makanan/minuman, tubuh tidak bias menerima makanan/minuman.
17. Nyeri di tulang belakang dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim.
18. Gangguan pada kandung kemih dan alat pencernaan (tidak bias menahan keluarnya urine atau sulit mengeluarkan urine, mudah diare, konstipasi dsb.)
19. Gangguan fungsi kognitif (misalnya berkurangnya daya ingat/ mudah lapar, menurunnya daya kosentrasi, dsb.)
20. Gangguan psikologis (depresi, kehilangan kendali emosi, kehilangan control diri, paranoid,dsb.)
21. Nyeri dan kejang otot.
22. Tremor (gemetaran seperti penderita alzheimer)


      Gejala-gejala multiple sclerosis yang telah di sebutkan di atas adalah gejala umum yang bias di derita penderita Multiple sclerosis. Seorang penderita Multiple Sclerosis belum tentu mengalami gajala di atas. Bias saja penderita tersebut hanya mengalami 5-10 gejala di atas, atau ada juga yang mengalami gejala lain yang tidak disebutkan di atas.


5.  Pathofisiologi

         Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex: infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun.

           Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak , atau sklerosis dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung.                Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan).

         Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif.



6.  Manifestasi Klinis

Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :

 Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.

 Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis, kelemahan otot bicara dan facial palsy.

 Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung, kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.

 Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus, diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.

 Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.

 Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan inkontinensia.

 Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang, demensia.

 Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks abdomen.

 Dsb.



7.      Pemeriksaan Penunjang

         Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan ikatan oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG).

         DCT Scan : gambaran atrofi serebral

         MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan.

         Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.

         Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif.



8.  Komplikasi

Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :

a.       Disfungsi pernafasan

b.      Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis

c.       Komplikasi dari imobilitas



9.      Penatalaksanaan

 Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul

 Farmakoterapi :

           a. Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat  meningkatkan konduksi saraf.

           b. Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin, betaseron.

           c. Baklofen sebagai antispasmodic

 Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur untuk mencegah kerusakan lenih lanjut.

 Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot



10.              Asuhan Keperawatan



        Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada klien dengan epilepsy adalah berdasarkan pada tahapan-tahapan dalam proses keperawatan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evalusi.

a)        Pengkajian

1.DATA UMUM

2. DATA DASAR :

- Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, intoleransi aktivitas, kebas, parastesia eksterna

Tanda : kelemahan umum, penurunan tonus/massa otot, jalan goyah/diseret, ataksia

- Sirkulasi

Gejala : edema

Tanda : ekstremitas mengecil, tidak aktif, kapiler rapuh

- Integritas ego

Gejala : HDR, ansietas, putus asa, tidak berdaya, produktivitas menurun

- Eliminasi

Gejala : nokturia, retensi, inkontinensia, konstipasi, infeksi saluran kemih

Tanda : control sfingter hilang, kerusakan ginjal

- Makanan / cairan

Gejala : sulit mengunyah/menelan

Tanda : sulit makan sendiri

- Hygiene

Gejala : bantuan personal hygiene

Tanda : kurang perawatan diri

- Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : nyeri spasme, neuralgia fasial

- Keamanan

Gejala : riwayat jatuh/trauma, penggunaan alat bantu

- Seksualitas

Gejala : impotent, gangguan fungsi seksual

- Interaksi social

Gejala : menarik diri

Tanda : gangguan bicara

- Neurosensori

Gejala : kelemahan, paralysis otot, kebas, kesemutan, diplopia, pandangan kabur, memori hilang, susah berkomunikasi, kejang

Tanda : status mental (euphoria, depresi, apatis, peka, disorientasi.

Bicara terbata-bata, kebutaan pada satu mata, gangguan sensasi sentuh/nyeri, nistagmus, diplopia

Kemampuan motorik hilang, spastic paresis, ataksia, tremor, hiperfleksia, babinski + , klonus pada lutut





b)        diagnosa Keperawatan

a.       Hambatan mobilitas fisik berhubungan demngan kelemahan, paresis, dan spastisitas

b.      Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan, dampak tirah baring lama dan kelemahan spastic

c.       Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan  kelumpuhan saraf perkemihan





c) intervensi dan rasional

·         Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan  kelemahan, paresis, dan spastisitas

Tujuan :

Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil :

1.      Klien dapat  ikut serta dalam program latihan

2.      Tidak terjadi kontraktor sendi

3.      Bertambahnya kekuatan otot

4.      Klien menunjukkan tindakkan untuk meningkatkan mobilitas



Intervensi :

1.      Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji secara teratur fungsi motorik

Rasional :  mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas

2.      Modifikasi peningkatan mobilitas fisik

Rasional : relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada klien multipel sklerosis.

3.      Anjurkan teknik aktifitas dan teknik istirahat

Rasional : klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu singkat, karena lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat menyebabkan paresis, kebas, atau tidak ada koordinasi.

4.      Ajarkan teknik latihan jalan

Rasional : Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada keadaan tersebut kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.

5.      Ubah posisi klien tiap 2 jam

Rasional : menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan.

6.      Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit

Rasional : Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki funsi jantung dan pernapasan

7.      Lakukan gerak pasif pada ekstermitas yang sakit.

Rasional : otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakan.

8.      Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi

Rasional : untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuannya

9.      Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

Rasional : peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi





·         Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan, dampak tirah baring lama dan kelemahan spastis

Tujuan :

Dalam waktu 3x 24 jam resiko trauma tidak terjadi



Kriteria hasil :

1.      Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma

2.      Decubitus tidak terjadi

3.      Kontraktur sendi tidak terjadi

4.      Klien tidak jatuh dari tempat tidur



Intervensi :

1.      Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi

Rasional : meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekkan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak disekitarnya

2.      Berikan kacamata yang sesuai dengan klien

Rasional : tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok implus penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau penglihatan ganda

3.      Minimalkan efek imobilitas.

Rasional : oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel sklerosis, maka komlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi mencakup dekubitus dan langka untuk mencegahnya

4.      Modifikasi pencegahan cedera

Rasional : pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika disfungsi motorik menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan adanya kekakuan atau jika ataksia ada, klien resiko jatuh.

5.      Modifikasi lingkungan

Rasional : untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk dengan kaki kosong pada ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang luas dan untuk meningkatkan kemampuan berjalan dengan stabil

6.      Ajarkan teknik berjalan

Rasional : jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan untuk melihat kaki sambil berjalan

7.      Berikan terapi okupasi

Rasional : terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam memberi anjuran dan menjamin bantuan untuk maningkatkan kemandirian

8.      Meminimalkan resiko decubitus

Rasional : oleh karena hilangnya sensori dapat menyebabkan bertambahnya kehilangan gerakkan motoric. Decubitus terus diatasi untuk inegritas kulit. Penggunaan kursi roda meningkatkan resiko.





9.      Inspeksi kulit dibagian distal setiap hari (pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet)

Rasional : deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi

10.  Minimalkan spastisitas dan kontraktur

Rasional : spastisitas otot biasa terjadi dan terjadi pada tahap lanjut, yang terlihat dalam bentuk addukor yang berat pada  pinggul, dengan spasme fleksor pada pinggul dan lutut.

11.  Ajarkan teknik latihan

Rasional : latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk meminimalkan kontraktur sendi. Perhatian khusus diberikan pada otot-otot paha, otot gatroknemeus, adductor, biseps dan pergelangan tangan, serta fleksor jari-jari

12.  Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki

Rasional : telapak kaki dalam posisi 90 derajad dapat mencegah footdrop

13.  Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal / sistemik, sperti peningkatan nyeri, edema dan demam)

Rasional : menilai perkembangan masalah klien



·         Perubahan pola eliminasi urin yang berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan

Tujuan :

Dalam waktu 2 x 24 jam eliminasi urin terpenuhi



Kriteria hasil :

1.      Pemenuhan eliminasi urin dapat dilaksanakan dengan atau tidak mengguanakan keteter

2.      Produksi 50 cc/jam

3.      Keluhan eliminasi urin tidak ada



Intervensi :

1.      Kaji pola berkemih dan catat urin setiap 6 jam

Rasional : mengetahui fungsi ginjal

2.      Tingkatkan kontrol berkemih dengan cara berikan dukungan pada klien tentang pemenuhan eliminasi urin, lakukan jadwal berkemih, ukur jumlah urin tiap 2 jam

Rasional : jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2 jam dengan perpanjangan interfal waktu bertahap. Klien diinstruksikan untuk mengukur jumlah air yang di minum setiap 2 jam dan mencoba untuk berkemih 30 menit setelah minum.

3.      Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih

Rasional : menialai perubahan akibat dari inkontinensial urin

4.      Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hari

Rasional : mempertahankan funsi ginjal













Bab 3

PENUTUP

1.    Kesimpulan

     MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang jaringan tubuh normal.

      Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun. Ada beberapa factor pencetus, antara lain kehamilan, infeksi yang disertai demam,stress emosional, cedera.

      Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex: infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun.



2.    Saran

     Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan Sklerosis multipel  serta  memberikan pendidikan kesehatan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar