Sistem Imun dan Hematologi
“Sclerosis Multiple”
Di
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok I
1. Reski Ria Sari
2. Dewi Indra
Sari
3. Anadiyah Maria Ulfa
4. Karmila
5. Citra Sari Dewi
6. Darmawansyah
7. Abd. Wasman
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
KATA PENGANTAR
Puji
syukur bagi Allah SWT yang dengan karunia-Nya telah memungkinkan kami untuk
menyusun makalah ini, sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh para pelajar
atau mahasiswa program studi keperawatan dan lainnya. Hanya dengan kekuatan
dengan kesabaran yang dilimpahkan-Nya, makalah ini dapat dituntaskan.
Adapun
tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai bahan pembelajaran dan untuk
menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah sistem imun dan
hematologi.
Dan tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah yang kami beri judul “Sclerosis Multiple” ini.
Kami menyadari makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan keterbatasan sehingga masih belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan kemampuan dalam menyusun makalah pada masa yang akan datang.
Sekian dan terima kasih.
Penyusun
Daftar Isi
hal
Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
Bab 1
1. Latar Belakang................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
3. Tujuan................................................................................................................ 2 .......................................................................................................................
4. Manfaat.............................................................................................................. 2
Bab
2
1. Definisi Multiple Sclerosis.............................................................................. 3
2. Klasifikasi Multiple Sclerosis......................................................................... 3
3. Etiologi Multipe Sclerosis .............................................................................. 4
4. Tanda dan Gejala Multiple Sclerosis............................................................ 5
5. Patofiologi Multiple Sclerosis........................................................................ 6
6. Manifestasi Klinis Multiple Sclerosisi........................................................... 7
7. Pemeriksaan Penunjang Multiple Sclerosis............................................... 8
8. Komplikasi Multiple Sclerosis................................................................... .... 8
9. Penatalaksanaan Multiple Sclerosis............................................................ 8
10. Asuhan Keperawatan Multiple Sclerosisi................................................... 8
Bab
3
1. Kesimpulan.................................................................................................... 15
2. Saran............................................................................................................... 15
Daftar Pustaka........................................................................................................... 16
Bab 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Multiple
Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP) kronis yang
meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple sclerosis
secara umum dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang
normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan
bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan
myelin yaitu lapisan pelindung syaraf yang melindungi syaraf yang berfungsi
untuk melancarkan pengiriman pesan dari otak ke seluruh bagian tubuh. Ditandai
dengan remisi dan ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis menghaisilkan
berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut sebagai
plaque.
Mutiple sklerosis merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai
detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100
%. Multiple sclerosis memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan
cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri.
Dengan alasan itulah kami berinisiatif untuk membuat
makalah ini, untuk dapat digunakan bukan
hanya dari kalangan medis namun juga masyarakat luas. Guna menambah sedikit
banyak pengetahuan tentang multiple sclerosis.
2. Rumusan Masalah
Adapn rumusan masalah dari makalah yang berjuduk
“Epilepsi” ini adalah:
1. Apakah
Sklerosis Multipel itu ?
2. Bagaimanakah
klasifikasi Sklerosis Multipel ?
3. Bagaimanakah
etiologi Sklerosis Multipel ?
4. Bagaimanakah
tanda dan gejala Sklerosis Multipel ?
5. Bagaimanakah
Patofisiologi Sklerosis Multipel ?
6. Bagaimanakah
Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel ?
7. Bagaimanakah
Komplikasi Sklerosis Multipel ?
8. Bagaimanakah
Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel ?
9. Bagaimanakah
Penatalaksanaan Sklerosis Multipel ?
10. Bagaimanakah
Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis Multipel ?
3. Tujuan
Makalah in dibuat dengan tujuan setelah mempelajari dan memahami makalah
ini pembaca dapat:
1.
Menjelaskan Pengertian Sklerosis Multipel
2.
Menjelaskan Etiologi Sklerosis Multipel
3.
Menjelaskan Klasifikasi Sklerosis Multipel
4.
Menjelaskan tanda dan gejala Sklerosis Multipel
5.
Menjelaskan Patofisiologi Sklerosis Multipel
6.
Menjelaskan Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel
7.
Menjelaskan Komplikasi Sklerosis Multipel
8.
Menjelaskan Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel
9.
Menjelaskan Penatalaksanaan Sklerosis Multipel
10. Menjelaskan
Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis Multipel
4. Manfaat
Adapun manfaat dibuatnya makalah ini
adalah untuk mengetahui, memahami, menelaah hal-hal yang berkaitan dengan
multiple sclerosis, sehingga dapat di manfaatkan dalam kehidupn sehari-hari,
lebih-lebih dalam dunia kesehatan sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
·
Multipel Sklerosis (MS) adalah
penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputi kerusakan mielin (material lemak &
protein dari selaput saraf)
·
MS secara umum dianggap
sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya
bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan
bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang jaringan tubuh
normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin.
·
Ms merupakan penyakit kronis
dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunan saraf pusat / perier yang
mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif.
·
MS merupakan penyakit kronis
dari sistem saraf pusat degeratif dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil
demielinasi pada otak dan medula spinalis.
·
Multiple
skleriosis adalah penyakit kronis pada system saraf pusat (SSP) yang
dikateristikan oleh sedikit lapisan dari batas substansia alba pada saraf
optic, otak, dan medulla spinalis.
2.
Klasifikasi
Kejang
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori multiple sclerosis berdasarkan progresivitasnya adalah :
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori multiple sclerosis berdasarkan progresivitasnya adalah :
1.
Relapsing Remitting Multiple Sclerosis
Ini adlah
jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua
puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan
keembuhan semu. Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan
hebat penderita terlihat pulih. Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak
lagi sama dengan tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya
kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena
serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik dan sensorik 100%,
maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja. Serangan
berikut akan terus menurukan kemampuan penderita sampai ke 0%. Setiap serangan
tersebut berakibat semakin memburuknya kondisi penderita. Interval waktu antara
serangan satu dengan serangan yang selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga,
bila dalam hitungan hari, minggu bulan atau tahun. Hampir 70% penderita MS pada
awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat,
jenis MS ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv MS.
2.
Primary Progresssiv Multiple Sclerosis
Pada jenis
ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat – saat penderita tidak mengalami
penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu.
Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah , penderita
Ms jenis ini bisa berakhir dengan kematian.
3.
Secondary
Progressiv Multiple Sclerosis
Ini adalah
kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini kondisi penderita
menjadi serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv MS.
4.
Benign Multiple Sclerosis
Sekitar 20%
penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu menjalani kehidupan
seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan – serangan yang diderita
pun umumnya tidak pernah berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari
bahwa dirinya menderita MS.
3. Etiologi
Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada
dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga
yang mengaitkan dengan factor genetic.
Ada beberapa factor pencetus, antara lain :
a. Kehamilan
b. Infeksi yang disertai demam
c. Stress emosional
d. Cedera
4. Tanda dan gejala
Sebenarnya
setiap penderita Multiple Sclerosis dapat mengalami gejala yang berbeda dengan
penderita Multiple Sclerosis lainnya. Tetapi secara umum gejala-gejala
Multiple Sclerosis adalah:
1. Perasaan sakit seperti ditusuk-tusuk pisau di beberapa bagian tubuh.
2. Kebas (kesumutan/ mati rasa) di beberapa bagian tubuh
3. Kehilangan fungsi penglihatan (bersifat sementara/menetap)
4. Pandangan kabur (blurred) atau pengkihatan membayang (seeing double)
5. Kehilangan fungsi pendengaran.
6. Melemahnya kemampuan motorik dan sensorik di seluruh atau sebagian tubuh, biasanya terutama tangan dan kaki.
7. Kelumpuhan tiba-tiba.
8. Kehilangan kesimbangan tubuh, timbul perasaan seperti melayang (vertigo).
9. Migraine yang parah.
10. Kepala bagian belakan terasa berat.
11. Sakit kepala dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim (tingkat sakitnya mungkin sama dengan 50X sakit kepala karena FLU)
12. Fatigue, perasaan lelah berlebihan.
13. Sensitive terhadap udara/air panas.
14. Kesulitan berbicara.
15. Sesak nafas.
16. Kesulitan menelan makanan/minuman, tubuh tidak bias menerima makanan/minuman.
17. Nyeri di tulang belakang dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim.
18. Gangguan pada kandung kemih dan alat pencernaan (tidak bias menahan keluarnya urine atau sulit mengeluarkan urine, mudah diare, konstipasi dsb.)
19. Gangguan fungsi kognitif (misalnya berkurangnya daya ingat/ mudah lapar, menurunnya daya kosentrasi, dsb.)
20. Gangguan psikologis (depresi, kehilangan kendali emosi, kehilangan control diri, paranoid,dsb.)
21. Nyeri dan kejang otot.
22. Tremor (gemetaran seperti penderita alzheimer)
Multiple Sclerosis adalah:
1. Perasaan sakit seperti ditusuk-tusuk pisau di beberapa bagian tubuh.
2. Kebas (kesumutan/ mati rasa) di beberapa bagian tubuh
3. Kehilangan fungsi penglihatan (bersifat sementara/menetap)
4. Pandangan kabur (blurred) atau pengkihatan membayang (seeing double)
5. Kehilangan fungsi pendengaran.
6. Melemahnya kemampuan motorik dan sensorik di seluruh atau sebagian tubuh, biasanya terutama tangan dan kaki.
7. Kelumpuhan tiba-tiba.
8. Kehilangan kesimbangan tubuh, timbul perasaan seperti melayang (vertigo).
9. Migraine yang parah.
10. Kepala bagian belakan terasa berat.
11. Sakit kepala dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim (tingkat sakitnya mungkin sama dengan 50X sakit kepala karena FLU)
12. Fatigue, perasaan lelah berlebihan.
13. Sensitive terhadap udara/air panas.
14. Kesulitan berbicara.
15. Sesak nafas.
16. Kesulitan menelan makanan/minuman, tubuh tidak bias menerima makanan/minuman.
17. Nyeri di tulang belakang dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim.
18. Gangguan pada kandung kemih dan alat pencernaan (tidak bias menahan keluarnya urine atau sulit mengeluarkan urine, mudah diare, konstipasi dsb.)
19. Gangguan fungsi kognitif (misalnya berkurangnya daya ingat/ mudah lapar, menurunnya daya kosentrasi, dsb.)
20. Gangguan psikologis (depresi, kehilangan kendali emosi, kehilangan control diri, paranoid,dsb.)
21. Nyeri dan kejang otot.
22. Tremor (gemetaran seperti penderita alzheimer)
Gejala-gejala
multiple sclerosis yang telah di sebutkan di atas adalah gejala umum yang bias
di derita penderita Multiple sclerosis. Seorang penderita Multiple Sclerosis
belum tentu mengalami gajala di atas. Bias saja penderita tersebut hanya mengalami
5-10 gejala di atas, atau ada juga yang mengalami gejala lain yang tidak
disebutkan di atas.
5. Pathofisiologi
Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas luka).
Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune,
demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong
virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada
lingkungan, (ex: infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak
barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun.
Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat
mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan
penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya
mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan
ini menghasilkan karakteristik plak , atau sklerosis dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal
cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat
saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan).
Bagaimanapaun
mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan pengurangan.
Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadi
ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk
yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan
dengan adanya kehancuranpada saraf, axone, impuls secara total tertutup,
sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada banyak luka kronik,
demylination dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif.
6. Manifestasi
Klinis
Tergantung
pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :
Gejala
sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan
proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
Gejala
motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor intensional
ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis,
kelemahan otot bicara dan facial palsy.
Deficit
cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung, kurang
perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.
Gejala
pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus, diplopia,
disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.
Deficit
cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.
Traktus
kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi
sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan
inkontinensia.
Control
penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang,
demensia.
Traktus
pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks
abdomen.
Dsb.
7.
Pemeriksaan
Penunjang
Lumbal
punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan ikatan
oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG).
DCT Scan :
gambaran atrofi serebral
MRI :
menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan mengevaluasi perjalanan
penyakit dan efek dari pengobatan.
Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.
Neuropsikologik
: jika mengalami kerusakan kognitifif.
8. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :
a.
Disfungsi pernafasan
b.
Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan
sepsis
c.
Komplikasi dari imobilitas
9. Penatalaksanaan
Bersifat
simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul
Farmakoterapi :
a. Kortikosteroid, ACTH, prednisone
sebagai anti inflamasi dan dapat meningkatkan
konduksi saraf.
b. Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan),
imuran, interferon, Azatioprin, betaseron.
c. Baklofen sebagai antispasmodic
Blok saraf
dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur untuk
mencegah kerusakan lenih lanjut.
Terapi
fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot
10.
Asuhan
Keperawatan
Asuhan Keperawatan yang diberikan
kepada klien dengan epilepsy adalah berdasarkan pada tahapan-tahapan dalam
proses keperawatan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi pengkajian, penentuan
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evalusi.
a) Pengkajian
1.DATA UMUM
2. DATA
DASAR :
- Aktivitas
/ istirahat
Gejala :
kelemahan, intoleransi aktivitas, kebas, parastesia eksterna
Tanda :
kelemahan umum, penurunan tonus/massa otot, jalan goyah/diseret, ataksia
- Sirkulasi
Gejala :
edema
Tanda :
ekstremitas mengecil, tidak aktif, kapiler rapuh
- Integritas
ego
Gejala :
HDR, ansietas, putus asa, tidak berdaya, produktivitas menurun
- Eliminasi
Gejala :
nokturia, retensi, inkontinensia, konstipasi, infeksi saluran kemih
Tanda :
control sfingter hilang, kerusakan ginjal
- Makanan /
cairan
Gejala :
sulit mengunyah/menelan
Tanda :
sulit makan sendiri
- Hygiene
Gejala :
bantuan personal hygiene
Tanda :
kurang perawatan diri
- Nyeri /
ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri spasme, neuralgia fasial
- Keamanan
Gejala :
riwayat jatuh/trauma, penggunaan alat bantu
-
Seksualitas
Gejala :
impotent, gangguan fungsi seksual
- Interaksi
social
Gejala :
menarik diri
Tanda :
gangguan bicara
-
Neurosensori
Gejala :
kelemahan, paralysis otot, kebas, kesemutan, diplopia, pandangan kabur, memori
hilang, susah berkomunikasi, kejang
Tanda :
status mental (euphoria, depresi, apatis, peka, disorientasi.
Bicara
terbata-bata, kebutaan pada satu mata, gangguan sensasi sentuh/nyeri,
nistagmus, diplopia
Kemampuan
motorik hilang, spastic paresis, ataksia, tremor, hiperfleksia, babinski + ,
klonus pada lutut
b)
diagnosa Keperawatan
a.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan demngan
kelemahan, paresis, dan spastisitas
b.
Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan
sensori dan penglihatan, dampak tirah baring lama dan kelemahan spastic
c.
Perubahan pola eliminasi urin berhubungan
dengan kelumpuhan saraf perkemihan
c) intervensi dan rasional
·
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan, paresis, dan spastisitas
Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan
aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria
hasil :
1.
Klien dapat ikut serta dalam program latihan
2.
Tidak terjadi kontraktor sendi
3.
Bertambahnya kekuatan otot
4.
Klien menunjukkan tindakkan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi :
1.
Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji
secara teratur fungsi motorik
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien
dalam melakukan aktifitas
2.
Modifikasi peningkatan mobilitas fisik
Rasional : relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada
klien multipel sklerosis.
3.
Anjurkan teknik aktifitas dan teknik istirahat
Rasional : klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu singkat,
karena lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat menyebabkan paresis,
kebas, atau tidak ada koordinasi.
4.
Ajarkan teknik latihan jalan
Rasional : Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada keadaan
tersebut kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.
5.
Ubah posisi klien tiap 2 jam
Rasional : menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan.
6.
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak
sakit
Rasional : Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki
funsi jantung dan pernapasan
7.
Lakukan gerak pasif pada ekstermitas yang sakit.
Rasional : otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakan.
8.
Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi
Rasional : untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuannya
9.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional : peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik dari tim fisioterapi
·
Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan, dampak
tirah baring lama dan kelemahan spastis
Tujuan :
Dalam waktu 3x 24 jam resiko trauma tidak
terjadi
Kriteria
hasil :
1.
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma
2.
Decubitus tidak terjadi
3.
Kontraktur sendi tidak terjadi
4.
Klien tidak jatuh dari tempat tidur
Intervensi :
1.
Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi
Rasional : meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekkan antara fragmen tulang dengan
jaringan lunak disekitarnya
2.
Berikan kacamata yang sesuai dengan klien
Rasional : tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok implus
penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau penglihatan ganda
3.
Minimalkan efek imobilitas.
Rasional : oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel
sklerosis, maka komlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi mencakup
dekubitus dan langka untuk mencegahnya
4.
Modifikasi pencegahan cedera
Rasional : pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika disfungsi
motorik menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan adanya kekakuan atau
jika ataksia ada, klien resiko jatuh.
5.
Modifikasi lingkungan
Rasional : untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk dengan kaki
kosong pada ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang luas dan untuk
meningkatkan kemampuan berjalan dengan stabil
6.
Ajarkan teknik berjalan
Rasional : jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan untuk
melihat kaki sambil berjalan
7.
Berikan terapi okupasi
Rasional : terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam memberi
anjuran dan menjamin bantuan untuk maningkatkan kemandirian
8.
Meminimalkan resiko decubitus
Rasional : oleh karena hilangnya sensori dapat menyebabkan bertambahnya kehilangan
gerakkan motoric. Decubitus terus diatasi untuk inegritas kulit. Penggunaan
kursi roda meningkatkan resiko.
9.
Inspeksi kulit dibagian distal setiap hari (pantau kulit dan membran mukosa
terhadap iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet)
Rasional : deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi
kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi
10. Minimalkan
spastisitas dan kontraktur
Rasional : spastisitas otot biasa terjadi dan terjadi pada tahap lanjut, yang
terlihat dalam bentuk addukor yang berat pada pinggul, dengan spasme
fleksor pada pinggul dan lutut.
11. Ajarkan teknik
latihan
Rasional : latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk meminimalkan
kontraktur sendi. Perhatian khusus diberikan pada otot-otot paha, otot
gatroknemeus, adductor, biseps dan pergelangan tangan, serta fleksor jari-jari
12. Pertahankan sendi 90
derajad terhadap papan kaki
Rasional : telapak kaki dalam posisi 90 derajad dapat mencegah footdrop
13. Evaluasi
tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal / sistemik, sperti
peningkatan nyeri, edema dan demam)
Rasional : menilai perkembangan masalah klien
·
Perubahan pola eliminasi urin yang berhubungan dengan kelumpuhan saraf
perkemihan
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam eliminasi urin terpenuhi
Kriteria
hasil :
1.
Pemenuhan eliminasi urin dapat dilaksanakan dengan atau tidak mengguanakan
keteter
2.
Produksi 50 cc/jam
3.
Keluhan eliminasi urin tidak ada
Intervensi :
1.
Kaji pola berkemih dan catat urin setiap 6 jam
Rasional : mengetahui fungsi ginjal
2.
Tingkatkan kontrol berkemih dengan cara berikan dukungan pada klien tentang
pemenuhan eliminasi urin, lakukan jadwal berkemih, ukur jumlah urin tiap 2 jam
Rasional : jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2 jam dengan perpanjangan
interfal waktu bertahap. Klien diinstruksikan untuk mengukur jumlah air yang di
minum setiap 2 jam dan mencoba untuk berkemih 30 menit setelah minum.
3.
Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih
Rasional : menialai perubahan akibat dari inkontinensial urin
4.
Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hari
Rasional : mempertahankan funsi ginjal
Bab 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh
sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap
penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang
jaringan tubuh normal.
Penyebab MS
belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan
mekanisme autoimun. Ada beberapa factor pencetus, antara lain kehamilan, infeksi
yang disertai demam,stress emosional, cedera.
Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas luka).
Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune,
demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong
virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada
lingkungan, (ex: infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak
barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun.
2. Saran
Pada
makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan
metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan Sklerosis multipel serta memberikan pendidikan kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar